Category: Terios 7 Wonders


Pemandangan laut di sekitar Pelabuhan Sape

Pemandangan laut di sekitar Pelabuhan Sape

Pukul 13.05 kami selesai santap siang di Rumah Makan Seafood BBA Doro Belo. Setelah sebelumnya kami jajaki Desa Palama dengan susu kuda liarnya, kini tiba saatnya kami lanjutkan perjalanan menuju Labuan Bajo via Pelabuhan Sape. Feroza Fans Club Sumbawa mengiringi kami dalam kecepatan sedang cenderung kencang. 5 mobil mengawal di depan, belasan lainnya mengekor di belakang. Tanah merah memisahkan rentang aspal mulus dengan air pantai kecoklatan di sebelah kiri jalan. Atmosfer gersang masih mendominasi di sini.

Continue reading

Induk dan Anak Kuda Sumbawa

Induk dan Anak Kuda Sumbawa

Masih di Desa Palama. Masih pula tentang susu kuda liar Sumbawa. Sementara teman-teman lain sibuk dengan kuda-kuda warga yang memang sengaja dibawa pulang—atas permintaan, karena kami akan datang—saya justru memilih kesibukan lain; menggali informasi perihal kuda-kuda Sumbawa ini.

Dan, yang beruntung mendapatkan pertanyaan bertubi dari saya adalah Pak Hasan, salah seorang pamong Desa Palama yang saat itu ikut memandu kami menjelajah desa yang menjadi tanggung jawabnya. Berikut ini adalah hasil perbincangan saya dengan beliau:

Continue reading

Anak kuda Sumbawa

Anak kuda Sumbawa

Hari ini Tim Terios 7 Wonders Hidden Paradise resmi memasuki hari ke-11—Oktober 11, 2013. Berdasarkan itinerary, agenda hari ini akan diisi dengan mengunjungi Desa Palama yang terletak di Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima. Kami akan melihat proses pemerahan susu kuda liar Sumbawa, kalau perlu sekalian mencicipi rasanya.

Pukul 23.00 malam sebelumnya, kami tiba di Aman Gati Hotel. Kondisinya terlalu gelap untuk mengungkap kondisi sebuah tempat. Awalnya saya mengira penginapan ini sama seperti penginapan-penginapan sebelumnya – berada di tengah-tengah kota. Ternyata salah. Karena, begitu hari berganti pagi, saya baru menyadari kalau penginapan yang dimiliki I Gede Sudantha ini berada di tepian Pantai Lakey.

Continue reading

Kuda Sumbawa

Kuda Sumbawa

Ekspedisi Terios 7 Wonders telah memasuki hari ke-10—Oktober 10, 2013. Ritual ukur jalan sebentar lagi akan kami ulang. Sebenarnya saya geregetan ingin menceritakan soal restoran menyebalkan tempat kami makan kemarin malam. Restoran mewah (semoga saya salah) dengan mutu pelayanan sangat rendah cenderung rebah berinisial WM di bilangan Jalan Senggigi. Tapi biarlah, nanti juga bangkrut sendiri. #ehh

Pukul 07.45 waktu Indonesia tengah. Usai sarapan pagi, kami bertolak dari Hotel Santika menuju Galeri Daihatsu di Jalan Ahmad Yani, Lombok. Selain beramah tamah dengan teman-teman di sana, agenda lain yang tak boleh dilewatkan tentu saja foto bersama. Hanya sebentar. 1.5 jam saja. Setengah jam lebih lama dari Audy atau Zaskia Gotik.

Continue reading

Pantai Selong Belanak

Pantai Selong Belanak

Puas menjelajah Pantai Tangsi (Pink Beach) di Kabupaten Lombok Timur, Tim Terios 7 Wonders coba peruntungan, memburu surga tersembunyi kedua—Pantai Selong Belanak. Sebenarnya bila merujuk pada itinerary, sejak pukul 12.30 siang, di hari kesembilan ini kami tidak lagi punya kegiatan. Praktis, kedua pantai yang kami kunjungi hari ini merupakan hasil improvisasi.

Pukul 16.00 iring-iringan berangkat menuju Pantai Selong Belanak (koordinat: -8.866585,116.159692). Lokasinya cukup jauh. Berada di Desa Selong Belanak, Kecamatan Praya Barat, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Bila dikonversikan dalam bentuk waktu, maka jarak antara keduanya terpaut sejauh 3 jam perjalanan darat.

Continue reading

Pantai Tangsi (Pink Beach), Tanjung Ringgit - Lombok 3

Pantai Tangsi (Pink Beach), Tanjung Ringgit – Lombok 3

Tiada gambaran kami hendak ke mana begitu keluar dari gerbang SMA Al-Masyhudien NW Kawo. Yang ada di pikiran saya hanya pulang kembali ke penginapan. Membayar hutang tidur yang tak juga tertutup. Walau sesekali tidur di perjalanan, nyatanya tetap saja tak bisa mengembalikan kesegaran badan. Saya hampir-hampir bosan. Niat hati ingin sekali menggantikan Boski pegang kemudi, tapi apa daya, bakat saya tak punya. Kalau sudah begitu, lebih baik tidur lagi saja.

1.5 jam mata terpejam seharusnya sudah membawa saya ke alam mimpi, sayangnya, telinga yang masih terjaga menahan saya di 2 dunia berbeda; alam sadar dan tidak sadar. Chaos.

Entah kenapa, saya hobi sekali menggunakan kata “chaos” ini. Asalkan merujuk pada 2 hal yang saling bertentangan tapi masih dalam satu kesatuan, maka kata itu akan saya gunakan. Secara definisi, jelas tidak tepat, karena sejatinya saya terlalu menyederhanakan arti Chaos Theory itu sendiri. Kalau diterjemahkan secara suka-suka, mungkin bunyinya menjadi, “keteraturan tidak teratur dalam ketidak-teraturan teratur.” Pusing? Sama.

Continue reading

Tangga rumah tradisional Suku Sasak Sade

Tangga rumah tradisional Suku Sasak Sade

Tari Gendang Beleq, Tari Peresean, serta tari-tarian tradisional khas Lombok lain yang dipentaskan seorang bocah usia sekolah dan Amaq Temenges, baru saja usai. Sebagai penutup rangkaian kegiatan, panitia penyambutan mengajak Tim Terios 7 Wonders menjelajahi desa tradisional mereka—Desa Sade, Rembitan.

“Yak selamat siang, Mas, Mbak. Di Desa Sade Rembitan ini ada 150 rumah. Seluruh penduduknya adalah Suku Sasak Lombok. Ada 700 orang yang tinggal di sini. Dan dari yang 700 itu, (seluruhnya masih) satu rumpun keluarga. Satu keturunan. Satu saudara. Masih (menikah) sama misan dan sepupunya.” Pemandu kami membuka perkenalannya tanpa menyebutkan nama. Mungkin ia titisan William Shakespeare dalam wujud yang berbeda. Yang masih saja berpendapat tentang apalah arti sebuah nama.

Continue reading

Cemilan khas Pulau Lombok

Cemilan khas Pulau Lombok

Acara Corporate Social Responsibility (CSR) Daihatsu selesai pukul 12.30 siang. Bila merujuk pada agenda yang telah diberikan, maka pukul 13.00 – 18.00 nanti, acara akan dilanjutkan dengan eksplorasi Sade – Rembitan. Masalahnya, Desa Wisata Sade pun sudah selesai kami jelajahi pada awal-awal itinerary. Tak mungkin mengulang lagi kan? Wong bukan gagal ujian.

Mau melanjutkan makan siang, sepertinya juga tidak mungkin. Kami baru saja disuguhi makan besar di tengah-tengah acara CSR. Suguhan penghormatan yang semula saya kira hanya cemilan ringan, ternyata menyusul di belakangnya nasi bungkus daun pisang yang banyaknya gak ketulungan. Persis seperti belanja nasi padang yang dibawa pulang, tapi ditambah ¼ lagi.

Kalau untuk menghabiskan cemilannya saja sampai harus menahan napas, maka untuk menghabiskan main course-nya, saya hampir-hampir tak bisa bernapas. Lambung kiri-kanan kelebihan muatan. Kalian mau tahu isi cemilannya? Enggak? Baiklah kalau enggak. Berikut akan saya berikan daftarnya: #maksa

Continue reading

Suasana Desa Sade Rembitan di siang hari

Suasana Desa Sade Rembitan di siang hari

Masih di Pulau Lombok dengan hari yang telah berganti. Tim Terios 7 Wonders – Hidden Paradise baru saja memasuki hari kesembilan—Oktober 9, 2013. Rencananya hari ini kami akan menelusuri beberapa sisi Pulau Lombok, diselingi kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) Daihatsu.

Iring-iringan memulai hari dengan service ringan kendaraan di bengkel Daihatsu Mataram, kemudian melanjutkan ke Bandara Internasional Lombok untuk menjemput Rokky Irvayandi yang tak lain adalah teman sejawatan David Setyawan, dari PT. Astra Daihatsu Motor (ADM) Jakarta.

Setengah jam menunggu, akhirnya teman kami ini datang juga. Tapi bukan berarti kami langsung pergi. Demi kebutuhan dokumentasi, semua peserta (sangat) rela unjuk gigi. Pasang senyum termanis, dengan gaya paling narsis. Yah, siapa tahu besok wajah-wajah kami terpampang di media massa. Jadi, kalau emak di kampung melihatnya, pasti beliau akan merasa bangga, kemudian memamerkan foto anaknya ke setiap tetangga.

Continue reading

Lobby Hotel Santika Mataram

Lobby Hotel Santika Mataram

Lepas makan siang di Rumah Makan Taliwang, Tim Terios 7 Wonders kembali melanjutkan perjalanan ke penginapan. Kalau kalian mengikuti cerita saya dari awal, pasti tahu kan arti kata ‘penginapan’ yang dimaksud? Ya. Dan, yang beruntung menampung tampang-tampang lusuh kami kali ini adalah Hotel Santika Mataram, Lombok. Selamat! Berarti, bukan hanya label AKAP (Antar Kota Antar Propinsi) saja yang kami pertahankan hingga saat ini. Tapi juga AKAS. Antar Kota Antar Santika.

Satu jam istirahat telah berlalu. Pak Endi kembali mengumpulkan semua peserta di lobby. Kecuali panitia, kami belum tahu hendak makan di mana malam ini. “Asik nih, jalan-jalan lagi. keliling Kota Mataram malam-malam.” Bathin saya seraya menghiraukan menu makanan.

Continue reading

Panorama laut di sekitar Pelabuhan Lembar Lombok

Panorama laut di sekitar Pelabuhan Lembar Lombok

Tim Terios 7 Wonders – Hidden Paradise telah memasuki hari kedelapan—Oktober 8, 2013. Malam sebelumnya; tidak ada kegiatan yang kami lakukan selain makan malam di salah satu restoran yang terletak di seberang penginapan—Hotel Santika Kuta. Praktis Pulau Bali hanya kami jadikan sebagai tempat transit sementara untuk memulihkan tenaga, sebelum melanjutkan perjalanan ke Pulau Lombok.

Jam tangan hitam pinjaman di lengan kanan telah menunjukkan pukul 08.37 waktu INDONESIA bagian tengah. Pada odometer digital Daihatsu Terios 7 tertera angka 1962. Itu artinya, kami telah menempuh perjalanan darat sejauh 1,726 km mulai dari Desa SawarnaMerapi, Desa KinahrejoDesa Ranu PaniTaman Nasional Baluran – hingga di Kuta, Bali. Bila perjalanan laut—menyeberangi Selat Bali dari Ketapang ke Gilimanuk—juga dihitung, maka tinggal tambahkan angka tadi dengan 4.5-5 km lagi.

Continue reading

Pak Soimun, Mualim 1 KMP Trima Jaya 9

Pak Soimun, Mualim 1 KMP Trima Jaya 9

Seperti yang telah saya janjikan pada artikel sebelumnya, obrolan dengan nahkoda Kapal Motor Penumpang (KMP) Trima Jaya 9 saat menyeberang dari Pelabuhan Ketapang ke Pelabuhan Gilimanuk akan dibahas di sini. Seperti apa ceritanya? Ikuti terus kelanjutannya.

Di kapal ferry KMP Trima Jaya 9, 24 peserta Ekspedisi Terios 7 Wonders – Hidden Paradise terbagi menjadi beberapa grup. Sebagian tinggal di dek dasar untuk menjaga keamanan kendaraan, sebagian pilih berkeliaran di dek penumpang, sementara sebagian yang lain pilih naik hingga dek paling atas, bahkan masuk ke anjungan—atas seijin petugas yang berwenang tentunya.

Di kursi komando, duduk seorang pria paruh baya berseragam putih-hitam lengkap dengan topi hitamnya. Kumis tebalnya menimbulkan kesan seram bagi siapapun yang melihatnya. Sekilas, pria berkulit sawo matang ini tampak seperti orang yang tak suka banyak bicara (baca: pendiam), namun begitu ia mengembangkan senyumnya, jiwa bersahabat perwira kapal penumpang KMP Trima Jaya 9 ini bisa saya rasakan.

Continue reading

Akhirnya menginjak Pulau Bali

Akhirnya menginjak Pulau Bali

Masih di hari ketujuh—October 07, 2013. Waktu bebas untuk Tim Terios 7 Wonders – Hidden Paradise menjelajah Taman Nasional Baluran baru saja habis. Selepas hunting foto di Savana Bekol hingga Pantai Bama, kini tiba saatnya melanjutkan perjalanan menuju Pulau Bali. Kalau Sun Go Kong punya “Pilgrimage to the west,” maka kami punya “Journey to the east.” Kecuali perjalanan Jakarta-Sawarna, hampir pasti tak ada pergantian hari tanpa lebih jauh ke timur Indonesia.

Kecuali Enuh (videographer bin kameramen) dan Pak Endi (sesepuh merangkap team leader), komposisi tim kecil (3-4 orang per mobil) masih bertahan dari Jakarta hingga Baluran—dan sepertinya hingga ekspedisi berakhir. Tiap orang kembali ke mobil masing-masing. Saya, Boski, Uci, dan Mumun masih solid tergabung dalam Tim Terios 7.

Pukul 09.45, semua peserta bertolak dari Wisma Bekol yang dibangun pada tahun 1987, menyusuri satu-satunya jalan utama Bekol-Batangan, menuju pintu gerbang Batangan, Taman Nasional Baluran.

Continue reading