Di antara beberapa gunung yang pernah saya daki, tak bisa dipungkiri, perjalanan muncak Semeru adalah yang paling berat. Selain ia memang yang tertinggi di Pulau Jawa, jalurnya yang berpasir-kerikil gembur itu luar biasa menguras sumber daya; baik jiwa maupun raga. Itu pun masih diperparah dengan persiapan saya yang benar-benar kurang, bahkan bisa dibilang tanpa persiapan sama sekali—selengkapnya bisa dibaca di sini.
Nah! Untuk menghindari pengalaman serupa terjadi pada kalian—atau minimal mengurangi dampaknya—saya akan membagikan beberapa tips summit attack, khusus untuk gunung berapi aktif ini. So, check this out!
- Bila memungkinkan, usahakan sampai di Kalimati siang hari. Hal ini dimaksudkan supaya kita punya lebih banyak waktu untuk istirahat, bersosialisasi dengan rekan pendaki lain, menikmati pemandangan, atau melakukan persiapan summit attack seperti; repacking dan menyiapkan perbekalan makanan (bila ada yang harus dimasak).
- Pastikan persediaan minuman dan makanan kalian cukup. Jika memungkinkan, lebihkan. Sebagai asupan penambah tenaga, jangan lupa bawa madu, gula merah, coklat, energy bar, atau makanan lain yang sejenisnya.
- Usahakan tidur lebih cepat untuk menghemat tenaga sekaligus menjaga stamina agar tetap fit.
- Bangunlah satu jam lebih awal sebelum jam keberangkatan. Tujuannya, selain untuk cek-ricek-kroscek peralatan serta makanan yang akan dibawa, ia juga berfungsi sebagai sarana aklimatisasi kembali. Supaya fisik dan mindset tidak kaget.
- Bawalah hanya barang-barang yang dianggap krusial. Yang tidak penting, biarkan tinggal.
- Di musim panas, jalur summit attack mulai dari Arcopodo, jalur pasir, hingga puncak Mahameru pada umumnya (sangat) berdebu. Untuk itu gunakanlah masker dan kacamata—kalau bisa yang kedap udara macam kacamata renang. Jangan lupa bawa masker cadangan. Tapi ingat! Jangan masker bengkoang.
- Selain pakaian/perlengkapan penghangat tubuh, pertimbangkan membawa barang-barang seperti; topi rimba, baterai cadangan, dan jas hujan.
- Jaga hidrasi tubuh selama summit attack. Bawalah minimal dua botol air mineral @600 mililiter. Satu botol untuk pendakian, sisanya untuk modal turun. Perbanyaklah minum. Sebagaimana hawa panas, hawa dingin juga dapat membuat tubuh kita dehidrasi. Semakin dingin temperaturnya, semakin cepat dehidrasinya. Dan, penyakit ginjal adalah penyakit yang paling banyak diderita pendaki veteran akibat terlalu meremehkan yang namanya dehidrasi. So, sayangilah ginjal kalian.
- Gunakan jaket waterproof (juga bisa berfungsi sebagai wind-breaker) sebagai antisipasi jika tiba-tiba turun hujan. Bila tidak ada, bisa diganti dengan jas hujan. Minimal jas hujan murahan, sekali pakai buang. Kalau gak ada? Tinggal permak plastik sampah jadi jas hujan. Kalau gak punya juga? Ya, sudah. Terserah.
- Hindari penggunaan sandal gunung. Not recommended! Kerikil yang masuk ke celah antara telapak kaki dan sandal bisa membuat perjalanan jadi tidak nyaman. Ia sangat sulit dikeluarkan hanya dengan mengibas-ngibaskan kaki. Seringkali harus diambil pakai jari tangan sendiri.
Perlu dicatat:
Jalur pasir Semeru itu 3x lebih berat dari jalur pasir Rinjani. Selain kombinasi pasir-kerikilnya yang lebih gembur, kemiringannya pun jauh lebih curam—bervariasi antara 45-75 derajat.
Dengan kondisi medan seperti ini, menjaga keseimbangan jelas bukan perkara gampang. Bayangkan betapa merepotkannya kalau itu pun harus ditambah dengan ritual ambil kerikil nyempil. Sekali dua mungkin masih biasa. Tapi kalau keseringan? Dijamin bakal emosi jiwa. Percaya, dah. Saya ngerasain sendiri.
- Penggunaan sepatu hiking, terutama yang memiliki upper tinggi (asal jangan over-the-knee), sangat direkomendasikan.
- Gunakan gaiter untuk mencegah supaya kerikil dan pasir tidak mudah masuk ke dalam sepatu kalian.
- Untuk mengurangi stress pada lutut, pergelangan kaki, tulang belakang, serta pinggang, penggunaan trekking pole yang telah dilengkapi mud/sand baskets, patut dipertimbangkan.
- Dalam satu tim kadang tersempil satu anak bawang, yang keinginan muncaknya kuat, tapi tenaganya kurang. Sebagai pendaki perkasa bersolidaritas tinggi, tak elok rasanya membiarkan mereka ketinggalan sendirian, apalagi kalau sampai nangis gak karu-karuan di tengah jalan. Kasihan.
Dukunglah mereka, baik secara riil maupun immateril. Salah satu contohnya dengan membawa webbing atau tambang untuk menarik ke atas saat mereka mulai tak berdaya. Saya pernah menyaksikan sendiri kejadian seperti ini. Dan itu terbukti efektif.
- Jagalah mindset kalian selalu dalam keadaan siap. Karena tanpa mental/mindset yang fit, fisik sekuat apa pun tak akan berarti banyak. Itulah sebabnya mengapa Sabar Gorky mampu menaklukkan beberapa gunung tertinggi di dunia walau hanya dengan satu kaki.
- Dalam perjalanan muncak, secara tidak sengaja saya menemukan teknik yang bisa membuat pendakian jalur pasir Semeru terasa lebih mudah, yaitu dengan cara menghunjamkan ujung sepatu sedalam-dalamnya ke pasir saat melangkah maju. Jangan lupa pertahankan lebar sudut antara telapak kaki dan tulang kering tetap 90 derajat. Dan pastikan telapak kaki kalian selalu horizontal terhadap kemiringan medan.
Kelemahannya, teknik ini bisa membuat (ujung) sepatu kita cepat jebol. Selain itu, kalau diaplikasikan terlalu lama bisa menerbitkan rasa sakit di sekitar engkel kaki, bahkan cidera, kalau terlalu memaksa. Kalau sudah begini, istirahatlah sementara. Oia, rasa sakitnya itu mirip-mirip jalan jinjit keliling stadion utama senayan 15 kali putaran.
- Bagi yang membawa kamera—tipe compact, apalagi mirrorless dan DSLR—please keep in mind: debu yang beterbangan di sepanjang jalan sangat mudah menempel pada lensa, juga masuk ke sela-selanya. Pada beberapa kasus, bahkan berpotensi membuat sensor jadi kotor. Karenanya, pertimbangkanlah baik-baik, kapan waktu yang tepat untuk menggunakan dan tidak menggunakannya.
- Setelah sampai di puncak, hindari mendekati atau berdiri terlalu dekat dengan bibir kawah Jonggring Saloko, karena dikhawatirkan terdapat gas beracun yang bisa mengancam keselamatan jiwa.
- Hope for the best, plan for the worst!
Kiranya cukup segitu tips summit attack Gunung Semeru yang bisa saya bagikan kali ini. Kalau ada di antara teman-teman sekalian yang berkenan menambahkan, monggo, dipersilahkan. [BEM]
Estimasi pendakian Semeru umumnya berapa hari ya mas??
paling nggak mulai ngumpulin jatah cuti hehehehe
at the very least, 5 hari kalau domisili di luar Kota Malang, Mas Pam. Tapi idealnya sih seminggu, supaya gak terlalu capek di perjalanan sekaligus optimalisasi biaya perjalanan. Kalo bisa lebih dari 7 hari, itu lebih baik lagi menurut saya pribadi.~ehe ehe
kalo pake masker bengkoang campuran alpukat gapapa mas?
kesel aja bacanya
Kalo mau, boleh. Gak ada yang ngelarang.
Mungkin kurang istirahat, makanya kesel.
saya baca tips2 mendaki pasirnya Semeru kak semoga efektif buat saya. InsyaALLAH besok 23 April 2018 saya mau ke Semeru. 😀 thanks kak infonya
Sama2, Gi…
Sharing2 ceritanya ya kalo udah kelar muncak Semeru. 😀
Mas bem, mohon ijin nyantumin nama dan link blognya mas bem disini http://adventuresenja.blogspot.co.id/p/about.html?m=1
Waduh, Mbak Desi, jadi malu nih. Aku mah apalah atuh. 😀
Justru aku ini yg apalah atuh mas..😂, krn mampir disini jadi tersupport buat mendaki..tq tq tq.
Oya..A HarrisMaul kmren WA nanyain mas bem skrg dimana ?
Sy jwb ga tau 😂😂😂😂
Aku yg terima kasih atuh, Mbak Desi udah mau mampir ke sini. Hehehe…
Lho, kalian ketemu di mana, dalam rangka apa emangnya?
Pokonya mah sy makasih bgt..jadi banyak ilmu kenal dgn mas bem 😁
Ketemu a harris tiap acara keluarga mas, dia tuh suaminya sepupu sy…hihi.
sama2 kalo gitu. makasih juga lho, pake bingits, udah mau jadi temen saya, Mbak Desi. TOSSS!!! :))
Hoalah! Sudara ipar tah ternyata. Dunia sempit ya. hehehe
kalau pas capek pake kacamata,
kacamata jangan ditaruh atas topi. bisa terbang ketiup angin. kan sayang.
*pengalaman saya dulu begitu. hehe.
Thanks Bro untuk tambahannya. 😀
Mba wis ngajakin mas…sy baru turun dari slamet ditambah bulan ini anak2 lagi pada ulangan..jadi ga bisa k semeru…hihi
Keren deh pokoknya! Saya mah gak ada apa-apanya ini. :p
anak bawang mana suaranya ahahha
Sayaa… sayaaaa… :))
tambah lagi kak, kalau dirasa durasi perjalanan tidak bisa sampai puncak sebelum sunrise, atau bahkan takut kesiangan, bisa diatur berangkat dari kalimatinya lebih awal. contoh, saya dulu berangkat jam 1, ternyata sampai atas saya kesiangan. jam 7.30 baru sampai puntjak. berarti setidaknya saya berangkat sekitar jam 11 atau jam 12.
Tambahannya oke.
Saya malah berangkat jam 10 malam. Karena emang niatnya nyantai, sesantai-santainya. 😀
Nice tips… trimakasih
Saya masih menimbang kapan mau ke sana. Sudah summit ke rinjani karena terkagum2 dengan gambar segara anak dan sudah ke kerinci karena malu klo ga mampir kesana wong cuma tetangga kabupaten…
Tapi semeru… hmmmm kok masih maju mundur yah…. klo brangkat modalnya harus besar soalnya… hahahahha
Terima kasih juga, lho, udah mau mampir.
Hmmm, gimana kalo dirapel aja? Sekali jalan 3-4 gunung sekalian. Waktu ke Semeru kemaren, saya ketemu sama pasangan pendaki yang polanya begitu. Kayaknya seru tuh. Hehehe…
Hahahaha… kayaknya seru.. tapi ..
Fisiknya bang .. blom lagi cuti yg tinggal sedikit… pengennya seh dari semeru mampir ke bromo trus ke merapi trus ke slamet trus ke ciremai.. trus ke gde pangrango baru ke Soeta cari pesawat pulang..
Pe-er-nya banyak banget ya. Hahaha…
ijin share yaaaaaaaa mas bem2 😀
Silahkan, Mbak Wis. 😀
Mba wis jadi ga bulan ini ke semeru ?? 😀
Uah… karirnya tambah serem aja nih perkembangannya. Semangattttt!!! :))