Ranggap, raja pisang dari Galunggung

Ranggap, raja pisang dari Galunggung

Heran. Ya, itulah yang saya rasakan saat pertama kali melihat ukuran pisang yang cukup besar ini. Pisang yang oleh masyarakat sekitar Gunung Galunggung sering sebut dengan Ranggap ini memiliki ukuran panjang sekitar 30 centimeter, diameter 6 hingga 7,5 centimeter dan berbobot sekitar setengah kilogram. Cukup besar bila dibandingkan dengan pisang jenis lain pada umumnya.

“Ini pisangnya baru dipetik, jadi masih keras”, ujar sang pedagang. Penasaran, saya pun mencoba memegang pisang-pisang yang masih tertata rapi dalam tandannya ini. Sangat keras memang, seperti batu.

Pisang yang dijual seharga 2,000 rupiah per-buah-nya ini akan mengeluarkan getah bening yang lengket pada saat dipotong dari tandannya. Dan getah ini pulalah yang menimbulkan sensasi gatal pada mulut bila dimakan langsung dan akan berkurang rasa gatalnya bila digoreng menurut sang pedagang.

Membutuhkan waktu dua hingga empat hari untuk membuat pisang ini lebih lunak dan dapat dimakan secara layak. Semakin lama akan semakin lunak.

Bila anda berniat untuk menggoreng pisang ini, waktu yang paling baik adalah satu hingga dua hari setelah pisang ini dipanen. Karena bila lebih dari itu pisang ini akan menjadi sangat lunak. Seperti durian lunaknya, bila digoreng. Selain sensasi gatal, citarasa pisang ini pun cukup unik, samar-samar terasa seperti buah mangga.

Walaupun belum ada penelitian tentang khasiat pisang ini, namun masyarakat sekitar Gunung Galunggung mempercayai kalau Pisang Ranggap ini dapat menyembuhkan beberapa penyakit seperti sakit pinggang, rematik, dan sakit ginjal. Uniknya lagi, setelah memakan Pisang Ranggap ini, air seni akan berwarna putih kekuningan. Semakin banyak anda memakan buah pisang ini, akan semakin kuning pulalah air seni anda. Sama seperti warna air seni sehabis meminum obat-obatan dokter.

“kalo mau bibitnya juga ada”, tawar pedagang pisang ini. “tingginya kira-kira segini”, seraya menurunkan telapak tangan hingga ketinggiannya sekitar lutut. Bentuk pohonnya mirip dengan pohon pisang biasanya, namun terkesan lebih kokoh, dengan tandan yang menjulang keatas, tidak menggantung kesamping seperti tandan pisang pada umumnya.

Bila kondisi pohonnya sangat baik, bisa menghasilkan buah pisang hingga 70-an jumlahnya, yang terbagi menjadi 6 hingga 8 sisir di setiap tandannya.

Keberadaan pohon Pisang Ranggap mulai diketahui sekitar tahun 1980-an, sebelum Gunung Galunggung meletus. Namun keberadaannya masih sangat jarang kala itu. Seiring waktu, banyak warga yang mengetahui dan mencoba membudidayakan pisang ini. Namun, budidayanya masih terkonsentrasi disekitar Galunggung saja.

Mungkinkah pisang ini dapat tumbuh di luar area Galunggung? Belum ada jawaban pasti atas pertanyaan ini. Atau mungkin anda tertarik untuk membudidayakannya di luar area Galunggung? Didaerah anda mungkin?

[BEM]