Ramadhan Bersama Hotel Grand Zuri BSD City

Ramadhan Bersama Hotel Grand Zuri BSD City

Hotel Grand Zuri BSD City merupakan hotel ke-9 yang dibangun di bawah bendera Zuri Hospitality Management (ZHM). Lokasinya yang sangat dekat dengan jalan protokol Bumi Serpong Damai (BSD) membuat hotel ini mudah terlihat dan dicari.

Dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta ia hanya terpaut sekitar 35 menit berkendara. Dari pintu tol Banten-Jakarta hanya berjarak 10 menit berkendara. Mau ke wahana wisata keluarga Ocean Park? Tinggal jalan kaki saja selama 5 menit. Posisinya terletak persis di belakang hotel berbintang 4 ini.

Mau belanja pun tidak masalah. Mall Teras Kota hanya terpaut sejauh 200 meter saja. Bisa ditempuh dengan berkendara atau berjalan kaki sambil menikmati suasana sekitar yang cukup tenang. Pokoknya relatif dekat dengan pusat perbelanjaan dan hiburan, juga kawasan bisnis kota mandiri BSD.

Masih kurang? Tenang. Masih banyak lokasi menarik lain yang jaraknya relatif dekat dengan hotel ini, di antaranya yaitu; Bendungan Sangego, Masjid Raya Al-Adzom, Pulau Cangkir, Masjid Seribu Pintu, The Breeze, Danau Modern Land, dan Living World Mall Alam Sutra.

Atau bagi yang suka bersepeda bisa mencoba trek menantang Jalur Pipa Gas (atau biasa disebut Jalur JPG) sejauh 6.5 kilometer yang berlokasi di Desa Lengkong Gudang Timur, Serpong. Mountain Bike Park ini sendiri bisa dicapai hanya dalam waktu sekitar 15-20 menit. Relatif dekat, bukan?

Kondisi tersebut tentunya membuat hotel yang mengusung slogan “We know how to please you” ini sangat cocok dijadikan sebagai “home base,” baik untuk para traveler, keluarga yang sedang mengisi masa liburannya, mau pun bagi para pejalan bisnis.

Lobby Grand Zuri BSD City

Lobby Grand Zuri BSD City

Eksterior Grand Zuri memberi kesan klasik, tapi begitu masuk ke dalam, kesan modern bisa kita rasakan. Lobby terasa luas dan tenang dengan sofa yang empuk lagi nyaman. Pepohonan besar yang dibiarkan tumbuh rindang pada akses jalan di depan hotel yang mulai beroperasi sejak Juni 16, 2012 ini pun turut berkontribusi menciptakan atmosfer nan asri.

Lorong akses menuju kamar terkesan sempit. Sepertinya ini memang sengaja didesain untuk mensiasati luas lahan yang terbatas, sehingga kamar yang diperuntukkan bagi para tamu yang menginap bisa dibuat lebih lega.

Superior Room 1

Superior Room 1

Superior Room 2

Superior Room 2

Superior Room - Bathroom

Superior Room – Bathroom

Pencahayaan kamar mandi dan lemari yang bersumber dari lampu berwarna kuning, cukup terang. Sementara penerangan kamar utama hanya mengandalkan 2 lampu meja yang masing-masing diletakkan di tengah-tengah twin bed dan sudut ruangan dekat dengan jendela. Cahayanya yang redup kekuningan memberi tambahan aksen pada ruangan sehingga terkesan sederhana namun tetap elegan.

Sekali waktu, saya coba menggunakan lampu meja ini untuk kegiatan membaca. Hasilnya kurang begitu nyaman. Tidak salah kiranya kalau saya beranggapan bahwa kamar ini sepertinya murni dirancang hanya untuk beristirahat saja, tidak untuk bekerja.

Sebagai penunjang hiburan, hotel yang juga memiliki layanan Doctor on Call ini melengkapi kamar tipe standar yang kala itu saya tempati dengan multi channel satellite LCD TV. Cakupan siaran yang tersedia tidak hanya dari stasiun televisi nasional dan international (saluran mainstream) saja, siaran televisi berbasis mandarin pun tersedia, dengan porsi yang lumayan banyak.

Mungkin ini masih ada kaitannya dengan pernyataan Dhini, Executive Secretary Grand Zuri BSD City, “Pelanggan kita selain dari berbagai daerah di Indonesia, paling banyak berasal dari Singapura sama Korea. Dari Eropa juga ada.”

Bagi pelanggan yang ingin tetap terhubung satu sama lain walau berbeda kamar (bersebelahan), bisa memilih kamar yang memiliki pintu penghubung. Jadi, begitu saling perlu, tak perlu harus keluar kamar dulu.

Deluxe Room

Deluxe Room

Executive Room

Executive Room

Junior Suite Room

Junior Suite Room

Detail Tipe Kamar

Detail Tipe Kamar

 

Tips memilih kamar

Hotel tempat dilaksanakannya acara Blogger Familiarization Trip 2015 ini melengkapi dirinya dengan jumlah kamar yang cukup banyak; 132 buah. Mulai dari Superior, Deluxe, Executive, Junior Suite, hingga Presidential Suite. Terlepas dari jenis kamar mana yang rencananya akan kalian pilih, ada baiknya menyimak dahulu beberapa tips berikut;

  • Sebagaimana hotel lainnya, Hotel Grand Zuri BSD City pun menawarkan view kamar yang berbeda-beda. Ada yang menghadap ke arah kolam renang, arah kota, atau bagian belakang (Ocean Park). Sebelum booking dilakukan, tak ada salahnya menanyakan terlebih dahulu perihal pilihan kamar dengan view terbaik kepada staf front office yang sekiranya sesuai dengan keinginan.
  • Semakin tinggi posisi lantai kamar, semakin terbuka pula pemandangan ke arah luar.
  • Bagi yang suka berenang atau berolahraga, pilihlah kamar yang berada di lantai 3, karena kolam renang dan fitness center terdapat di lantai ini.
  • Hindari kamar berpintu penghubung jika kalian menghendaki ketenangan.
  • Hindari kamar yang posisinya berada di bagian paling ujung untuk mendapatkan koneksi internet yang lebih baik

 

Kuliner malam di Zuri Lounge

Setelah lelah diajak berkeliling kota mandiri BSD, seluruh blogger undangan diajak menikmati kuliner malam di Zuri Lounge lantai 2. Suasananya yang cozy, sangat ideal sebagai tempat untuk berkumpul bersama teman dan keluarga. Selain bisa menikmati secangkir teh, segelas kopi, atau seporsi jus buah segar, kita juga bisa menikmati hiburan live musik yang diadakan setiap hari Rabu, Jumat, dan Sabtu.

Sambil menunggu kuliner kejutan dari Chef Roby Mardeta (bahkan Dhini, host acara fam trip kali ini pun tidak tahu menu apa yang akan disajikan), kami semua disuguhi beragam pilihan jus buah segar oleh salah seorang staf hotel, yang anehnya, dari sekian banyak pilihan tersedia, 95% dari kami ternyata memilih menu yang sama; Jus Leci Strawberry! Padahal masing-masing, tidak mengetahui jenis minuman apa yang dipesan teman di sebelahnya. Hmm… antara staf hotel ini master dalam ilmu komunikasi persuasif, atau memang dasar kami-kami ini yang kurang kreatif.

Tak lama berselang, setelah jus ‘brainwash’ disajikan, kejutan kuliner yang dijanjikan pun datang. Chef Roby dibantu seorang asisten menyajikan 3 hidangan spesial di meja lounge; Rawon, Sop buntut bakar, dan Ayam goreng sambal mangga. Semua serba Indonesia. Sebagai pelengkap, tak lupa, tomat, jeruk nipis, toge, dan telur asin ikut pula disertakan.

“Daging yang kita pakai, daging sapi lokal,” terang Chef Roby, “karena teksturnya lebih baik dan rasanya lebih enak daripada daging impor.”

Kiranya, apa yang dikatakan Chef Roby ini benar adanya. Sejauh pengetahuan saya, daging sapi impor itu memiliki kandungan gajih/lemak yang lebih banyak. Bahkan, menurut salah seorang pedagang daging di Pasar Jatinegara, dari 10 kilogram daging sapi impor yang dia jual, gajih/lemaknya itu bisa sampai 3 kilogram sendiri. Jadi, kalau hitung-hitungan dagang, jelas dia rugi, karena harga lemak/gajih harganya tidak seberapa.

With Chef Roby Mardeta

With Chef Roby Mardeta

Selain itu, kandungan air pada sapi lokal biasanya hanya berkisar antara 2-6 persen saja, sementara pada sapi impor bisa mencapai 20 persen.

Hal ini bisa terjadi lantaran pada saat dikirim, daging-daging sapi impor tersebut umumnya akan melalui proses pembekuan terlebih dahulu, kemudian disimpan di freezer. Jadi wajar, kalau kandungan airnya jadi lebih banyak. Waktu pengiriman yang relatif panjang pun tentunya akan membuat tingkat kesegaran daging sapi impor ini jadi semakin berkurang.

Terlepas dari bagaimana perjalanan daging sapi tersebut di belakang layar, sebagai pecinta kuliner, concern saya cuma satu; citarasa yang lezat. Bicara soal masakan Chef Roby, mayoritas teman-teman blogger mengamini kalau olahan tangan koki yang bercita-cita menulis buku tentang bumbu masakan nusantara ini, rasanya sangat enak!

Jadi, kapan kalian punya kesempatan, harus segera mencobanya! Dan yang perlu diingat, “home base” Chef Roby hanya di Hotel Grand Zuri BSD City.

 

Sekilas profile Chef Roby Mardeta

Perawakannya tinggi besar, lagi gempal. Topi putih setinggi kurang lebih 30 cm yang bertahta di kepalanya, menandakan status sosialnya di antara koki-koki lain Hotel Grand Zuri BSD City. Dialah orang yang paling bertanggung jawab memanjakan hasrat kuliner para tamu yang datang. “Executive Chef.” Begitu kiranya bordir kepangkatan pada emblem hitam bertulisan kuning kunyit yang tersemat di dada kanannya.

Sebelum bekerja di dapur hotel ini, karir profesionalnya telah dimulai sejak 18 tahun yang lalu. Pria lulusan jurusan perhotelan angkatan 90 ini mencintai kegiatan memasak sejak usia anak-anak. Semakin bertambah dewasa, kecintaannya terhadap dunia masak-memasak semakin menjadi. Demi menunjang karirnya di dunia profesional, bangku perkuliahan pun diambilnya. “Saya kuliah perhotelan untuk ambil (ilmu) manajemennya aja, karena untuk masak, saya sudah bisa,” terangnya.

Chef Roby Mardeta

Chef Roby Mardeta

Awalnya dahulu, dia adalah seorang koki samudera. Bekerja di kapal pesiar (cruise), kapal barang, sampai kapal tanker pernah dilakoni. Namun setelah berkeluarga, dia lebih memilih menjadi koki darat.

“Ada enak enggaknya (kerja) di kapal sama di darat,” terang spesialis masakan Western ini. “Di kapal, begitu kita turun ke darat, hasilnya (gaji) bisa langsung buat beli rumah atau mobil. Cocok buat bujangan. Tapi gak enaknya, hasilnya gak bisa langsung kita rasain.”

Yah, bagaimana mau merasakan gaji bulanan, kalau sekalinya berlayar bisa memakan waktu hingga 9 bulan lamanya? Sementara saat libur di darat, ‘hanya’ 3 bulan saja.

“Nah, kalo di darat, enaknya kalo sudah berkeluarga. Bisa dekat sama keluarga. Kapan pun kita mau pergi atau pulang, gampang. Tapi, ya begitu. Penghasilan jadi jauh berkurang kalau dibandingkan sama waktu berlayar dulu.”

Dari koki andalan Grand Zuri ini pula saya baru mengetahui, kalau kencur itu ternyata cukup bagus dikonsumsi sebelum menyanyi, karena ia bisa menghilangkan dahak sehingga suara kita pun menjadi jernih. Bagaimana para karaoke mania, ada yang mau coba? 😀

 

Mini workshop: aneka masakan telur sederhana

Kalau ada segmen yang paling saya suka saat mengisi bulan Ramadhan bersama Grand Zuri, mungkin, ya belajar memasak ini salah satunya. Mengapa?

Karena, seperti yang dikatakan Anne Isabella Thackeray Ritchie’s (1837–1919) dalam novelnya yang berjudul, Mrs. Dymond terbitan tahun 1885, “If you give a man a fish he is hungry again in an hour. If you teach him to catch a fish you do him a good turn.” Atau dalam bentuk yang lebih kita kenal, peribahasa tersebut akan berbunyi; “Give a man a fish and you feed him for a day; teach a man to fish and you feed him for a lifetime.”

Pelajaran memasak telur ini tentu bisa dijadikan bekal jika suatu saat tiba-tiba saja kelaparan di rumah atau di kamar kost-an. Ya, kan? Hehehe….

Ok! Tak perlu berlama-lama lagi, mari kita segera belajar memancing!… No. Memasak!

Yang harus dipersiapkan sebelum memasak

Yang harus dipersiapkan sebelum memasak

Mini Workshop - Persiapan

Mini Workshop – Persiapan

 

Omelet

Walau kelihatannya sederhana, membuat omelet itu tidaklah mudah teman-teman. Salah-salah mengolah, adonan, baik luar mau pun dalam, bisa matang seluruhnya macam telur dadar. Padahal ciri-ciri omelet yang baik adalah kering di luar, namun tetap lembut dan lembab di dalam.

Nah! Supaya kalian juga bisa merasakan pengalaman, bagaimana gampang-susahnya membuat omelet ini, silahkan siapkan bahan-bahannya, serta ikuti pula cara membuatnya;;

Bahan-bahan yang dibutuhkan;

  • Minyak goreng – 2 sendok makan
  • Bawang bombai irisan – 1 sendok makan
  • Jamur – 1 sendok makan
  • Paprika – 1 sendok makan. Khusus paprika, boleh menggunakan paprika hijau atau merah—menyesuaikan selera.
  • Sebagai penambah cita rasa, bisa menggunakan tambahan parutan keju atau ayam atau daging sapi cincang, sosis, dan lain-lain, sebelum omelet digulung.

Cara membuatnya;

  • Siapkan telur yang akan dimasak. Aduk di wadah terlebih dahulu (seperti membuat telur dadar), supaya saat dituang ke wajan, warna antara kuning telur dan putih telur menjadi seragam. Alasan lainnya, jika ternyata didapati ada telur busuk, beberapa bahan yang sudah dimasak mendahului telur, tidak terbuang percuma. Lagi pula, telur busuk yang tidak tergoreng saja baunya sudah amat menyengat, apalagi yang tergoreng? Belum lagi usaha tambahan yang terpaksa harus dikeluarkan untuk membersihkan peralatan masak dan membuang adonan yang bercampur telur busuk tadi. Bukan begitu, bukan?
  • Panaskan wajan terlebih dahulu dengan api besar. Jangan langsung memasukkan minyak goreng saat proses pemanasan wajan, karena ini bisa mempengaruhi cita rasa. “Kalo minyaknya langsung kita masukin, sebelum wajan panas, nanti masakan kita jadinya rasa minyak.” Begitu pendapat Chef Roby yang tidak sungkan-sungkan berbagi ilmu itu.
  • Setelah wajan panas, masukkan 2 sendok makan minyak goreng, dan ratakan pada permukaan wajan. Tunggu sekitar 5-10 detik.
  • Masukkan bawang bombai. Aduk supaya merata dan tampak layu, sampai mengeluarkan aroma.
  • Masukkan jamur dan paprika yang telah disiapkan sebelumnya.
  • Aduk semua bahan tersebut hingga merata.
  • Sebelum telur bagian atas (yang tidak kontak langsung dengan wajan) mengeras, kecilkan api, dan miringkan wajan. Fungsi memiringkan wajan ini adalah untuk mempermudah melipat/menggulung adonan telur.

 

Telur mata sapi

Berkebalikan dengan cara membuat omelet, telur mata sapi tidak membutuhkan api besar. Hanya api kecil saja. Bahannya pun super sederhana, yaitu; minyak goreng dan 2 buah telur ayam.

Cara membuatnya;

  • Pecahkan telur dan masukkan ke dalam wadah (mangkok). Jangan dikocok. Kan, mau bikin telur mata sapi, bukan telur babak belur.
  • Ratakan 2 sendok makan minyak goreng pada wajan dengan api kecil.
  • Tuang perlahan telur yang sudah dimasukkan ke dalam wadah tadi.
  • Tunggu hingga bening putih telur mengeras/memutih seluruhnya, serta terlihat gelembung pada kuning telur.
  • Bila tingkat kematangannya sudah sempurna, angkat. Ciri-ciri telur mata sapi yang baik adalah, begitu kuning telur dibelah, bagian dalamnya harus meleleh atau setengah matang.
  • Penggunaan lada, saus, garam, dan lain sebagainya bisa ditambahkan sesuai selera, setelah telur disajikan di atas piring.

 

Scramble egg

Bahan yang dibutuhkan untuk membuat scramble egg sama sederhananya dengan pembuatan menu telur mata sapi, yaitu; 1 sendok makan minyak goreng, 2 butir telur ayam dan ¼ gelas susu sapi tawar.

Cara membuatnya;

  • Siapkan 2 butir telur menggunakan wadah dan aduk hingga merata (seperti membuat telur dadar).
  • Panaskan minyak goreng dengan api sedang. Ratakan ke seluruh permukaan wajan.
  • Tuang telur yang sudah diaduk tadi, kemudian diaduk secara acak (scramble).
  • Tuang susu sapi dan aduk terus hingga susunya menyusut atau habis.
  • Sebelum tekstur telur mengeras (masih lembut), segera angkat.
  • Sajikan.

Bagaimana? Gampang, kan?

Mini Workshop - Praktek

Mini Workshop – Praktek

Supaya tambah semangat belajar memasak, setelah Chef Roby mempraktekkan langkah-langkah membuat omelet yang baik, 3 orang dari kami berkesempatan mencoba membuatnya from scratch.

Rupanya proses memasak omelet ini cukup tricky, seperti yang sebelumnya disampaikan Chef Roby, “Bikin omelet itu gampang-gampang susah. Dibilang gampang, susah. Dibilang susah, gampang.”

Dhini mengakui hal ini. “Bikin omelet itu gampang-gampang susah. Gak semua orang bisa. Gue nyobain beberapa kali gagal terus!” akunya penuh semangat. Bayangkan! Gak bisa aja, masih semangat, apalagi bisa? Hahaha…

Mini Workshop - Hasil Akhir

Mini Workshop – Hasil Akhir

Benar saja. Begitu dipraktekkan, hasil akhir tiap orang yang mendapat kesempatan, berbeda-beda. Ochoy, yang memulai pertama, memasaknya terlalu lama. Akibatnya, tekstur bagian dalam omelet menjadi kenyal. Tidak lembut dan lembab seperti yang sebelumnya dicontohkan.

Toro lebih parah. Tutorial chef ditabrak semua. Akibatnya, wujud omelet yang seharusnya bisa menggugah selera itu malah lebih mirip bakwan yang dilempar dari lantai 9. Berantakan. Agak gak tega juga melihat hasil akhirnya meski rasanya, katanya enak. Ya, ‘Katanya.’

Yang paling mendekati mungkin omelet buatan Wira. Yah, walau bagian dalamnya sedikit matang, dan dengan gulungan yang tampak lebih mirip dengan lipatan martabak. 😀

Games - Tebak Bumbu Kering dan Basah

Games – Tebak Bumbu Kering dan Basah

Cerenti Restaurant Grand Zuri BSD City

Cerenti Restaurant Grand Zuri BSD City

Lobby (background Cerenti Restaurant)

Lobby (background Cerenti Restaurant)

Games berikutnya yang tidak kalah seru adalah, Tebak Bumbu. Karena yang punya telur jatah memasak telur, seluruhnya telah dikuasai kaum pria dengan emansipasinya, maka kini giliran kaum hawa yang diberi kesempatan memainkan permainan tebak bumbu. Partisipannya; Satya, Putri, dan Indri.

Permainan yang semula saya kira mudah, ternyata susah. Untuk bisa menebak bumbu yang telah ditumbuk menjadi bubuk dengan mata tertutup sepertinya membutuhkan, setidak-tidaknya, kebiasaan memasak di rumah.

Walau akhirnya bisa menjawab, berkali-kali ketiga peserta kita kewalahan menerka-nerka, apa gerangan nama bumbu yang telah disiapkan Chef Roby Mardeta sebelumnya. Padahal, petunjuk pun berkali-kali diberikan. Uniknya, justru Sutiknyo, yang nota bene bergender pria, yang malah bisa menebak seluruh bumbu masak tersebut, baik bumbu kering mau pun bumbu basah. Kartini masa kini dari jenis laki-laki.

Dan, dengan berakhirnya permainan Tebak Bumbu ini, berakhir pulalah kebersamaan Ramadhan kami pada acara Blogger Familiarization Trip yang digelar Hotel Grand Zuri BSD City, pada tanggal 6-7 Juli 2015. Saya tunggu undangan berikutnya, ya! Hehehe… [BEM]

 

Hotel Grand Zuri Bumi Serpong Damai

Jl. Pahlawan Seribu Kavling Ocean Walk

Blok CBD Lot. 6 BSD City, Banten – Indonesia

Telp.      : (021) 2940.4955

Fax.        : (021) 2940.4966

Email    : reservation.bsd@grandzuri.com