Hindari Jadi Korban Berikutnya Dengan Prinsip Reach, Throw, Row, dan Go

Berkebalikan dengan teknik Uitemate yang dibahas pada artikel sebelumnya. Kali ini kita akan bicara tentang cara-cara yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan seseorang yang hampir tenggelam atau sedang terjebak di perairan dalam. Jadi, kalau teknik sebelumnya berada pada sudut pandang korban, maka prinsip kali ini mengambil sudut pandang diri kita sebagai saksi mata atau orang yang menyaksikan secara langsung saat suatu kecelakaan air terjadi.

Mengajarkan cara mengambang (Teknik Uitemate) kepada orang yang tengah menjadi korban, jelas tidak mungkin. Mereka kan sedang mati-matian berusaha mempertahankan nyawanya. Sesingkat-singkatnya tutorial yang kita sampaikan, bisa-bisa, selesai belajar, yang jadi korban malah ‘ngambang’ betulan. Dengan kata lain, cara menolong seperti ini adalah tidak tepat.

Lantas, cara menolong korban kecelakaan di air yang baik dan benar itu bagaimana?

Tentu tidak bisa dilakukan sembarangan. Ada tata caranya tersendiri. Yang paling penting, harus mempertimbangkan faktor safety. Jangan sampai kalian yang hendak menolong, malah ikut-ikutan jadi korban berikutnya yang harus ditolong.

Setidak-tidaknya, ada 4 prinsip/tindakan menolong korban tenggelam yang benar dan cukup populer/terkenal. Mulai dari level pramuka sampai tentara turut mempelajarinya. Prinsip Reach-Throw-Row-Go.

  • Reach. Tindakan ini bisa dilakukan jika posisi korban berada dekat dengan perahu, dermaga, daratan, atau tempat kering lainnya. Hindari masuk ke air. Tetaplah berada di tempat aman. Julurkan lidah, tangan, dayung, galah, batang pancing, atau apa pun yang tersedia di sekitar tempat kejadian, sehingga korban bisa meraihnya.
  • Throw. Tindakan ini bisa dilakukan jika posisi korban relatif jauh dari daratan, perahu, dermaga, atau tempat kering lainnya, sehingga sulit dijangkau dengan benda-benda yang sifatnya kaku layaknya pada poin pertama.

Jika kalian mendapati seseorang akan tenggelam, lemparkanlah benda-benda yang dapat membantunya mengambang, seperti; lemari, kayu gelondongan, granat, bom molotov, botol plastik atau botol galon kosong, ban dalam (jangan ban luar, apalagi ban truk), bola sepak, dan lain sebagainya.

Teknik kedua ini—sebagaimana teknik pertama—membutuhkan interaksi dari korban. Artinya, korban harus dalam keadaan sadar dan mampu meraih benda-benda yang kita lemparkan ke arahnya.

Jangan melemparkan benda-benda mengapung tersebut kepada korban yang tidak sadarkan diri. Kenapa? Karena tidak ada gunanya. Mereka, kan, sedang tak sadarkan diri. Bagaimana, sih! #lah!

  • Row. Tindakan ini dilakukan jika posisi korban sangat jauh untuk bisa dijangkau menggunakan cara pertama dan kedua. Kita harus menggunakan kapal/perahu untuk mendekati korban.

Begitu dekat dengan posisi korban, tetap, hindari masuk ke air. Sebagai gantinya, lakukan tindakan Reach dan Throw. Atau, jika memang memungkinkan, segera angkat korban langsung ke dalam perahu/kapal. Tindakan ini bisa dilakukan untuk kondisi korban sadar mau pun pingsan.

  • Go. Berkebalikan dengan poin pertama dan kedua sebelumnya. Tindakan ini mengharuskan seseorang masuk ke dalam air, berenang, dan menjemput korban.

Perlu dicatat. Cara ini hanya boleh dilakukan oleh mereka-mereka yang termasuk perenang kuat dan memiliki ketrampilan memadai. Ingat! Korban yang panik sama bahayanya dengan air yang sedang ‘berusaha’ membuatnya menjadi korban.

Tentu kalian akan bertanya, mengapa korban panik itu juga berbahaya?

Saya punya satu cerita menarik. Memang, konteksnya sedikit berbeda, tapi benang merahnya masih sama; korban panik. Kebetulan yang mengalami insiden ini adalah instruktur diving saya sendiri. Di dunia selam menyelam, levelnya termasuk yang paling tinggi di Indonesia. Setara jenderal.

Saat itu, dia tengah menyelam bersama dengan beberapa orang rekannya. Karena terlalu asyik menyelam, salah satu temannya—yang kebetulan adalah dive buddy-nya—tersebut lupa, kalau cadangan oksigen di tabung selam miliknya telah habis. Padahal mereka masih berada di kedalaman 40 meter.

Menyadari cadangan oksigennya telah habis, sang teman langsung panik. Bukannya meminta dengan tenang—seperti yang (seharusnya) telah diajarkan dalam setiap kursus menyelam—dia malah langsung menyambar primary regulator yang sedang digunakan instruktur saya secara brutal.

Padahal seharusnya, teman yang panik ini cukup meraih octopus (secondary regulator) dive buddy-nya, yang umumnya tersedia dalam satu paket regulator lengkap dan memang dicadangkan untuk kasus-kasus seperti ini.

Karena teman yang panik ini dianggap membahayakan dan berpotensi membuat dirinya menjadi korban kedua, primary regulator yang baru direbut paksa tadi, dia rebut kembali. Teman yang panik ini kemudian didorongnya menjauh. Sengaja dibiarkan kehabisan oksigen dan pingsan (blackout) di kedalaman.

Setelah yakin aman, teman yang pingsan ini kemudian segera dia bawa ke permukaan untuk mendapatkan pertolongan.

Bagaimana? Sekarang sudah tahu, ya, bahayanya korban panik itu terletak di mana?

***

Membahas poin keempat di atas, Go, saya tiba-tiba teringat film The Guardian keluaran tahun 2006 yang dibintangi Kevin Costner (sebagai Ben Randall) dan Aston Kutcher (sebagai Jake Fischer).

Film bergenre action-adventure ini menceritakan tentang bagaimana para Rescue Swimmer (Lifeguard/Coast Guard) berlatih demikian keras demi bisa mengemban tugas, menolong korban insiden/kecelakaan air (mostly di laut) dengan tetap menjunjung tinggi faktor keselamatan, baik diri sendiri mau pun korban.

Film ini menggambarkan dengan sangat baik, perihal perenang kuat yang saya maksud pada poin keempat di atas. Bagi yang belum menonton, saya rekomendasikan film ini untuk kalian.

Nah! Pertanyaannya sekarang adalah…

Apakah kalian memiliki kualifikasi perenang kuat seperti yang diceritakan pada film ini?

Kalau jawabannya ‘Ya,’ berarti poin ‘Go’ boleh dilakukan. Sebaliknya, kalau jawabannya ‘Tidak,’ maka poin keempat ini lebih baik diabaikan.

Bijaksanalah mengukur kemampuan diri sendiri. Saling tolong menolong antar sesama itu wajib hukumnya. Tapi perlu dipertimbangkan juga penerapan prinsip Reach-Throw-Row-Go untuk menghindari kalian jadi korban berikutnya. Satu lagi. Prinsip ini perlu diketahui, terutama bagi kalian yang sering melakukan perjalanan wisata yang banyak berhubungan dengan air seperti; memancing, island hoping, snorkeling, dan lain-lain. [BEM]