Halo teman-teman sekalian. Apa kabar? Adakah dari kalian yang berpikir untuk melakukan perjalanan lintas Surabaya-Madura-Bali? Kalau ada, kebetulan 3 kali nih—bukan ‘sekali’, karena tujuannya memang ada 3—disini saya akan berbagi sedikit pengalaman yang tertuang dalam bentuk sebuah rencana perjalanan. Seperti judulnya, saya akan meng-cover area-area seperti Surabaya (House of Sampoerna) – Madura (kuliner Bebek Songkem Pak Salim) – serta Bali (Pulau Menjangan—snorkeling, Bukit Campuhan—trekking, Nusa Lembongan—snorkeling, dan Nusa Ceningan—exploring.)
Informasi yang disajikan pada itinerary kali ini sengaja dibuat sedetail mungkin, karenanya ia akan terasa sangat panjang. Ini dilakukan semata-mata untuk lebih mempermudah anda mendapatkan referensi dalam melakukan perjalanan – seperti yang pernah saya lakukan sebelumnya.
Perhatian!
Dikarenakan artikel ini relatif panjang, serta daya tahan membaca setiap orang yang berbeda-beda, bila anda merasa tidak kuat, lambaikanlah tangan ke arah kamera disana, disana, dan disana. Selanjutnya, tim kami akan mendatangi anda. Dan anda dinyatakan kalah pada uji nyanyi kali ini… #apasi @,@
Sudah sudah… cukup bercandanya. Sekarang mari kita masuk ke point utama.
DAY 0
(Perjalanan Menuju Surabaya)
18.30 – Berangkat menuju Surabaya—Stasiun Pasar Turi
Ketika berangkat, saya menggunakan Kereta Api Gumarang. Namun, bagi anda yang ingin memodifikasi itinerary ini dengan menggunakan kereta lain dan waktu keberangkatan yang berbeda, berikut saya berikan beberapa alternatif yang dapat digunakan—berkaitan dengan tujuan Stasiun Pasar Turi:
Gumarang (Bisnis/Eksekutif)
Stasiun Jakarta Kota (15.15) – Stasiun Pasar Turi (04.06)
Stasiun Pasar Senen (15.45) – Stasiun Pasar Turi (04.06)
Argo Bromo Anggrek Pagi (Eksekutif)
Stasiun Gambir (09.30) – Stasiun Pasar Turi (19.13)
Argo Bromo Anggrek Malam (Eksekutif)
Stasiun Gambir (21.30) – Stasiun Pasar Turi (07.10)
Sembrani (Eksekutif)
Stasiun Gambir (19.30) – Stasiun Pasar Turi (06.25)
Sebagai catatan saja, pada January 22, 2013 yang lalu, harga tiket Kereta Api Gumarang (kelas Bisnis) dengan tujuan Stasiun Pasar Senen – Stasiun Pasar Turi saya dapat seharga 170,000Rp. Karena harga tiket kereta yang ditetapkan oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero) selalu berubah-ubah, jauh-jauh hari sebelum perjalanan dimulai, lakukanlah riset harga tiket—termurah—terlebih dahulu, demi menekan pengeluaran biaya perjalanan.
DAY 1
(Surabaya – Madura)
09.30 – Stasiun Pasar Turi
Sesampainya di Stasiun Pasar Turi—bila waktu anda cukup banyak—jangan langsung meninggalkan stasiun. Tinggallah di sekitar stasiun 1-2 jam kedepan, karena ada yang menarik disini. Lokomotif tua bernomor B 1239 yang terletak di halaman depan Stasiun Pasar Turi akan membunyikan peluit tuanya setiap satu jam sekali.
Setidaknya, suara khas peluit tua ini sedikit banyak bisa mengembalikan kenangan kita pada masa kejayaan kereta api di masa silam.
09.40 – Sarapan pagi
Di sekitar Stasiun Pasar Turi, Surabaya banyak sekali pedagang makanan. Baik di area depan stasiun, maupun di area samping stasiun. Jadi jangan khawatir kelaparan. Harganya pun relatif murah, untuk menu nasi putih dengan telur dadar, perkedel, tempe goreng, dan sayur hanya dihargai 13,000Rp saja.
12.00 – Selesai makan. Sholat Dzuhur.
Pasti anda bertanya, “lama amat sarapannya?!” ya kan?
Ya harus lama, karena selain digunakan untuk makan, waktu se-lama itu juga bisa kita gunakan untuk men-charge telepon seluler, sembari meng-istirahatkan otot-otot yang kaku selama perjalanan kereta belasan jam dari Jakarta ke Surabaya, ditambah menunggu masuk waktu Sholat Dzuhur.
Untuk anda yang muslim, tidak perlu jauh-jauh mencari masjid. Di sebelah Stasiun Pasar Turi terdapat sebuah masjid yang cukup besar—Masjid Baitur Rohim. Letaknya berada di Jalan Lamongan No. 80, Surabaya. Bila anda berjalan ke arah luar stasiun, letaknya berada di sebelah kanan.
12.30 – Menuju Museum House of Sampoerna (HoS)
Detik-detik terakhir menjelang keberangkatan menuju Museum HoS…
“Dari sini, naik Lin Q warna merah bata, turun di GMT, terus tinggal jalan kaki aja mas ke HoS.” Sang ibu warung memberikan petunjuk kepada saya.
“Oh, mending naik Anu aja mas, nanti turun di Ani, terus naik Inu sekali, lebih enak.” Yang lain pun tak mau kalah berlomba-lomba dalam kebajikan.
Dan saya… bingung dibuatnya. Tidakkk!… #jambak-jambak rambut tetangga
Daripada pusing sendiri, saya memilih menggunakan aset lokal. Seorang teman yang berdomisili di Surabaya bernama Ruli Winanta. Sang teman inilah yang pada akhirnya mengemban “tanggung jawab” paksa sebagai tuan rumah yang baik, menjadi pemandu sepanjang saya berada di Surabaya. Terima kasih berat bro. 😀
12.45 – Museum House of Sampoerna (HoS)
Letak Museum House of Sampoerna berada di sebelah utara Stasiun Pasar Turi. Keluar dari stasiun ke arah kiri. Rute yang bisa digunakan untuk mencapai HoS adalah, Stasiun Pasar Turi – Pasar Klantingsari – Jalan Indrapura. Kemudian belok kiri ke Jalan Belakang Penjara (Kali Sosok). Begitu sampai di Jalan Kebalen Timur, pelankan laju kendaraan anda, Museum HoS tidak jauh dari situ, letaknya berada di kiri jalan raya.
Masih bingung? Butuh peta interaktif menuju Museum House of Sampoerna? Silahkan cek disini
House of Sampoerna
Taman Sampoerna 6, Surabaya 60163
Tel. +62 (031) 353.9000
Fax. +62 (031) 353.9009
Email: hos.surabaya@sampoerna.com
Atraksi utama museum ini adalah proses pembuatan rokok Dji Sam Soe. Karena letaknya yang saling bersebelahan, kita bisa menggunakan lantai dua museum sebagai “menara pandang” ke arah pabrik – untuk menyaksikan proses pembuatan rokok secara manual.
Sayangnya, kegiatan tersebut hanya bisa kita saksikan pada hari Senin hingga Sabtu saja – hingga jam 15.00 sore. Karena pada hari minggu… ku turut ayah kekota, naik delman istimewa ku duduk di muka—halah. Karena pada hari minggu pabrik libur.
Anda pernah mendengar istilah time-lapse? Para pecinta travel video pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah ini. Nah, bagi anda yang belum tahu, time-lapse adalah sebuah teknik pengambilan foto secara sekuensial dengan frekwensi waktu tertentu, kemudian digabung menjadi satu—menjadi sebuah video. Dan ketika di mainkan secara normal, waktu akan terlihat jauh lebih cepat.
Lalu apa kaitannya time-lapse videography/photography dengan House of Sampoerna?
Ada. Bila anda memperhatikan gerakan tangan para buruh pabrik yang seluruhnya adalah wanita tersebut, anda akan menyaksikan sensasi time-lapse – in a realtime. Tanpa perlu teknik apapun. Penasaran kan? 😀
Selain museum, terdapat beberapa hal lain yang menjadi daya tarik House of Sampoerna, diantaranya adalah: kafe, galeri seni, toko yang menjual berbagai menchandise HoS, dan yang tak kalah menariknya… Surabaya Heritage Track.
Surabaya Heritage Track adalah kegiatan mengelilingi tempat-tempat (warisan) bersejarah yang berada di sekitar House of Sampoerna dengan menggunakan sebuah bus yang telah disiapkan secara khusus. Tenang saja, kegiatan ini tidak mengandung resiko kantong kering alias gratis.
“Kalo gw mau ikutan kegiatan ini gimana caranya?”
Gampang. Berikut ini adalah tahapan-tahapan yang harus kita lalui sebelum mengikuti kegiatan tur singkat Surabaya Heritage Track:
- Mendaftarkan diri di loket pendaftaran yang terletak di teras depan kafe.
- Diberikan name tag berlabel “Tracker” dan sebuah peta “Surabaya Heritage Track Map.”
- Menunggu jadwal keberangkatan.
- Petugas pemandu memanggil para peserta untuk masuk ke dalam bus.
- Mengelilingi tempat-tempat bersejarah dan diberikan penjelasan oleh seorang guide—melaui speaker—perihal setiap tempat yang kita lewati/datangi.
- Kembali ke House of Sampoerna.
- Tur singkat selesai.
Ada beberapa rute yang telah disediakan oleh pihak House of Sampoerna sebagai penyelenggara tur singkat ini, yaitu:
Rute I – Tur Pendek (1-1.5 jam)
Rute: Hos – Tugu Pahlawan – PTPN XI – HoS
Rute II – Tur Panjang (1.5-2 jam)
Rute: HoS – Tunjungan – Balai Kota/Taman surya – Gedung Kesenian Jawa Timur – PTPN XI – HoS
Rute III – Tur Pendek (1-1.5 jam)
Rute: HoS – Klenteng Hok An Kiong – Pecinan Camp – Arabian Camp – HoS
Sayang, saya lupa mencatat jadwal detail jam keberangkatan masing-masing rute tersebut. Yang saya ingat, hanya berangkat pada pukul 13.00 dengan Rute III kala itu. Maafkan saya ya teman-teman. ^_^
14.45 – Menuju Pulau Madura
15.30 – Pulau Madura. Wisata kuliner “Bebek Songkem Pak Salim.”
Untuk menuju Rumah Makan “Maduresse” Bebek Songkem Pak Salim cukup mudah. Dari Jembatan Suramadu, ikuti terus Jalan Suramadu sampai mentok mencapai pertigaan Jalan Raya Burneh – Jalan Raya Poter. Ambil ke arah kiri—Jalan Raya Burneh. 10-15 menit berkendara dari pertigaan ini, kita akan sampai di lokasi. Letaknya berada di sebelah kanan – seberang jalan.
Bebek Songkem Pak Salim
(Ikon wisata kuliner Kota Sampang)
Jalan Raya Ketengan No. 85 Burneh, Bangkalan – Madura
Tenang saja, harga makanan disini relatif terjangkau kok. Mau tahu se-terjangkau apa? Mari kita lihat daftar menunya:
Pokak Maduresse (minuman dari kayu manis, teh, dan jahe) = 3,500Rp
Bebek Songkem Goreng + Nasi = 18,000Rp
Bebek Songkem Kukus + Nasi = 17,000Rp (best seller)
Ayam Songkem Kukus + Nasi = 17,000Rp (best seller)
Bebek/Ayam Songkem Kukus Utuh = 56,000Rp
Nasi = 3,000Rp
Bagaimana? Terjangkau kan? Mau dibawa pulang juga bisa, tetapi anda harus menggelontorkan dana taktis sebesar 1,500Rp untuk setiap kotak kardus, dan 2,000Rp untuk setiap kotak besek.
Kok, sempet-sempetnya saya mencatat besek-besekan begini ya… #hadeh
16.30 – Menuju Jembatan Suramadu
17.20 – Jembatan Suramadu. Menikmati matahari tenggelam (sunset.)
Di jalur sepanjang Jembatan Suramadu, kita tidak bisa berhenti seenaknya. Untuk bisa menikmati panorama jembatan kala sore menjelang, bisa dilakukan dari area sekitar jembatan—Tambak Wedi atau Kedung Cowek. Lokasi ini biasa digunakan para pemuda setempat untuk sekedar menikmati senja atau bercengkrama dengan kekasih tercinta. #ouwh… so sweet
18.30 – Keliling Kota Surabaya. Acara bebas.
21.00 – Stasiun Gubeng, Surabaya
Untuk menuju Banyuwangi, tersedia dua kereta dari Stasiun Gubeng, Surabaya, yaitu; Mutiara Timur Siang dan Mutiara Timur Malam. Sayangnya, kelas yang tersedia untuk kereta tersebut adalah kelas Bisnis dan kelas Eksekutif saja – tanpa ada kelas Ekonomi. Semoga kantong anda diberi ketabahan.
Yang perlu diperhatikan baik-baik adalah, Stasiun Gubeng kini terpisah menjadi dua—dengan lokasi sama—yaitu, Stasiun Gubeng Baru dan Stasiun Gubeng Lama. Pemisahan ini dilakukan sesuai dengan keputusan dari PT. KAI yang mulai berlaku semenjak Maret 1, 2013 – dimana terminal Ekonomi yang melayani kereta api lokal ditempatkan di Stasiun Gubeng Lama, yang merupakan bangunan tua cagar budaya (bangunan purbakala,) sedangkan terminal Bisnis dan Eksekutif dengan kereta api jarak jauhnya ditempatkan di Stasiun Gubeng Baru.
Ketika datang, saya tidak memperhatikan hal ini. Dengan santainya, saya turun di depan pintu masuk Stasiun Gubeng Lama yang alhamdulillah telah terkunci semua malam itu. Akhirnya, saya terpaksa adu raga dengan menjadi atlit lari sementara – mencari pintu masuk Stasiun Gubeng Baru yang entah berada dimana. Damn! @,@
Berikut adalah jadwal keberangkatan/kedatangan Kereta Api Mutiara Timur yang bisa anda jadikan referensi:
Kereta Mutiara Timur Siang
Stasiung Gubeng (09.00) – Stasiun Banyuwangi Baru (15.36)
Stasiun Banyuwangi Baru (08.30) – Stasiun Gubeng (14.56)
Kereta Mutiara Timur Malam
Stasiun Gubeng (22.00) – Stasiun Banyuwangi Baru (04.25)
Stasiun Banyuwangi Baru (22.00) – Stasiun Gubeng (04.20)
Tarif Eksekutif = 95,000Rp – 135,000Rp per-orang dewasa
Tarif Bisnis = 60,000Rp – 110,000Rp per-orang dewasa/anak-anak
Harga tiket Kereta Mutiara Timur Siang/Malam selalu berubah-ubah—ketika melakukan booking tiket, saya mendapatkan harga 105,000Rp untuk kelas Eksekutif—karenanya, lakukanlah riset kecil terlebih dahulu untuk mengetahui harga termurah yang tersedia.
Dari riset kecil-kecilan yang saya lakukan pada website PT. Kereta Api Indonesia (saat penulisan artikel ini,) diketahui bahwa harga tiket termurah umumnya tersedia pada hari Selasa dan Rabu, tapi untuk kepastian pola pricing tiketnya, masih harus di klarifikasi lagi kedepannya.
22.00 – Berangkat menuju Stasiun Banyuwangi Baru
Sebenarnya, berangkat pada pagi/siang hari dari Stasiun Gubeng Baru lebih menguntungkan, karena kita bisa melihat pemandangan di sepanjang jalur kereta. Apalagi 3 jam menjelang Stasiun Banyuwangi Baru, panorama yang ditawarkan alam Banyuwangi sangat menarik. Pematang sawah, gunung, dan suasana pedesaan tentu akan menjadi objek pemanja mata yang sempurna bukan?
Walaupun demikian, dengan berangkat pada malam hari pun kita tidak merugi, karena kita tidak perlu lagi menyewa penginapan untuk istirahat di kala malam. Dan ini artinya, penghematan pengeluaran.
DAY 2
(Pulau Menjangan)
04.40 – Stasiun Banyuwangi Baru
Sesampainya di Stasiun Banyuwangi Baru, lakukanlah stretching ringan terlebih dahulu, jangan khawatir, pelayaran dari Pelabuhan Ketapang ke Pelabuhan Gilimanuk tersedia 24 jam setiap harinya, sehingga jadwal anda masih relatif aman.
05.00 – Pelabuhan Ketapang
Menuju Pelabuhan Ketapang bisa ditempuh dengan berjalan kaki (5-10 menit,) atau menggunakan angkot (3,000Rp.) Jaraknya sekitar 100 meter dari Stasiun Banyuwangi Baru. Keluar dari stasiun, letaknya berada di seberang jalan – sebelah kanan.
Sebelum memasuki Pelabuhan Ketapang, akan ada pemeriksaan KTP. Ini terkait dengan adanya isu bom di Pelabuhan Gilimanuk beberapa waktu silam. Karenanya, siapkanlah kartu pengenal anda. Jangan sampai tertinggal, bisa panjang urusannya nanti.
Setelah melewati pos pemeriksaan KTP, anda dapat menyusuri kembali jalur pedestrian, kemudian berbelok ke kiri – lorong. Loket pembelian tiket pelabuhan terletak di ujung lorong tersebut, sebelum ticket gates elektronik.
Harga tiket penyebrangan untuk orang dewasa adalah 6,000Rp per-orang, sementara anak-anak dikenakan tarif 5,000Rp.
Untuk tarif tiket terpadu penyeberangan antar propinsi pada pelabuhan penyeberangan PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) yang berlaku efektif mulai Mei 03, 2013 adalah sebagai berikut:
sumber: indonesiaferry.co.id
Setelah melewati ticket gates, anda dapat langsung melihat calon Kapal Ferry yang akan digunakan untuk menyeberang. Jarak dermaga dari loket pembelian tiket hanya sekitar 100 meter, jadi tidak perlu porter kan? 😀
06.00 – Pelabuhan Gilimanuk
06.15 – Terminal Gilimanuk
Terminal Gilimanuk terletak persis di sebelah Pelabuhan Gilimanuk. Keluar dari pelabuhan, letaknya berada di sebelah kanan. Hanya dibutuhkan 5 menit berjalan kaki untuk sampai di terminal. Kondisinya relatif sepi saat kedatangan kami. Sepi penumpang, juga sepi angkutan umum/angkot.
Ongkos normal untuk rute Terminal Gilimanuk – Pertigaan Banyuwedang (air panas) adalah 10,000Rp. Bila diminta ongkos lebih dari itu, berarti anda sedang berurusan dengan calo atau preman, atau jangan-jangan (malah) sudah beda jaman?
Sebelum naik ke calon angkutan umum, lakukan tawar-menawar terlebih dahulu, bila tidak tercapai kesepakatan harga (10,000Rp,) ada baiknya anda mencari angkutan umum di luar terminal. Setidaknya, jauhkanlah diri anda dari ‘godaan’ preman/calo yang terkutuk.
07.00 – Pertigaan Banyuwedang (air panas.)
Ketika memutuskan menyewa kapal kepada contact person kami—Dika, kami juga mengajukan “fasilitas” antar-jemput dari pertigaan ke Pelabuhan/Dermaga Banyuwedang. Karena jarak antara keduanya relatif jauh bila harus ditempuh dengan berjalan kaki—membutuhkan waktu 20-30 menit. Sementara dengan dijemput, penghematan waktu yang kita dapatkan cukup signifikan, yaitu hanya 5 menit saja.
07.15 – Pelabuhan/Dermaga Banyuwedang
Letak Pelabuhan/Dermaga Banyuwedang bersebelahan dengan Mimpi Resort. Posisinya yang lebih rendah 3-4 meter dibandingkan dengan ketinggian jalan utama.
Di sekitar pelabuhan/dermaga ini terdapat beberapa fasilitas yang bisa kita gunakan untuk mendukung aktifitas snorkeling atau diving di Pulau Menjangan dan sekitarnya seperti; 5 buah toilet, 3 buah pancuran air panas—berasal dari sumber air panas Banyuwedang, sebuah bak bilas peralatan snorkeling/diving—berisi air tawar, dan sebuah restoran—Menjangan Restaurant—untuk menghalau rasa lapar.
Barang-barang yang tidak perlu, bisa dititipkan sementara di kantor bersama Kelompok Nelayan Banyumandi – Banyuwedang yang letaknya di sebelah Menjangan Restaurant – sedikit keatas.
09.00 – Menuju Pulau Menjangan
Pulau Menjangan dapat ditempuh dalam waktu 40-60 menit dari Pelabuhan Banyuwedang. Harga sewa speedboat-nya pun relative murah, dipatok pada angka 330,000Rp. Walaupun terlihat kecil, namun speedboat ini dapat menampung hingga 10 orang penumpang plus 2 awak kapal/guide.
Untuk contact person sewa kapal, anda bisa menghubungi Dika di nomor telepon 0852.3705.5565. Walaupun “tongkrongan”-nya urakan, namun, sebagai guide, dia cukup ramah dan mengerti tugasnya dengan baik. Recommended lah pokoknya.
09.40 – Pulau Menjangan
Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan di Pulau Menjangan, yaitu; snorkeling, diving, dan jelajah pulau. Bila waktu anda tak terbatas, beberapa hal tersebut bisa dilakukan pada hari yang sama. Namun bila waktunya terbatas—maka, anda terpaksa memilih salah satunya. Mengapa?
Pertama, kendaraan/angkutan umum yang melayani rute Banyuwedang – Terminal Gilimanuk, hanya beroperasi sampai sore hari saja—jam 16.00-18.00, tergantung situasi. Bila waktu pulang anda melebihi jam operasi mereka, bisa dipastikan anda terlunta-lunta di jalan. Atau lebih halusnya, anda terpaksa menyewa kendaraan untuk menuju lokasi berikutnya.
Saat berkunjung ke tempat ini, harga yang mereka tawarkan untuk mengantar kami dari Pertigaan/Pelabuhan Banyuwedang ke Ubud berkisar antara 500,000Rp hingga 600,000Rp. Jumlah yang lumayan untuk kita yang ingin meng-irit duit bukan?
Kedua, berdasarkan pengalaman pribadi—banyaknya tempat tujuan wisata yang “harus” dikunjungi dalam satu waktu yang terbatas, terbukti mengurangi kualitas perjalanan saya. Memang, banyak tempat yang dapat dikunjungi pada saat itu, namun secara esensi, bisa dibilang nol. Ibarat mengerjakan suatu pekerjaan yang kita cintai, tapi diburu deadline ketat. Sangat enggak banget. 😀
13.00 – Kembali ke Pelabuhan/Dermaga Banyuwedang
14.00 – Pelabuhan/Dermaga Banyuwedang
14.05 – Bilas dan bersih-bersih
15.00 – ISHOMA
15.40 – Menuju Pertigaan Banyuwedang. Persiapan ke tujuan berikutnya.
Sesuai dengan perjanjian sebelumnya, kami mendapatkan fasilitas ‘antar’ ke Pertigaan Banyuwedang (air panas.) Saya ingatkan kembali ya, pastikan kalian mendapatkan fasilitas antar-jemput gratis ini, lumayan kan, bisa untuk menghemat tenaga. Dan yang lebih penting lagi, menghemat pengeluaran biaya. #pelit bin merki mode
16.00 – Menuju Terminal Gilimanuk
Pada saat kami mencapai Pertigaan Banyuwedang, hari masih belum terlalu sore. Beberapa kendaraan umum masih terlihat melintas. Untuk menuju Terminal Gilimanuk, kita bisa menggunakan angkot berwarna coklat tua dengan ongkos sebesar 10,000Rp per-orang.
16.40 – Terminal Gilimanuk
17.00 – Menuju Terminal Ubung
Selama perjalanan menuju Terminal Ubung usahakan tetap terjaga, karena banyak scenery yang benar-benar memanjakan mata, seperti; jalan bukit yang berkelok-kelok, barisan hijau pepohonan, hamparan pematang sawah, sesekali terlihat laut di kejauhan, dan lainnya. Sayang bila dilewatkan begitu saja.
Siagakan kamera DSLR atau Handycam—bila anda membawanya—siapa tahu ada moment yang menarik hati di tengah perjalanan.
21.00 – Terminal Ubung
Karena sulitnya mencari angkutan umum ke Monkey Forest, Ubud pada malam hari, akhirnya kami putuskan untuk menggunakan jasa taksi. Umumnya, para supir taksi akan menawarkan ongkos di kisaran 200,000Rp-250,000Rp kepada para calon penumpangnya. Karena dianggap terlalu mahal, sengaja kami pasang aksi ‘sok gak butuh’ kala itu.
Berdasarkan informasi yang didapat dari salah seorang teman yang berdomisili di Bali, ongkos taksi dari Terminal Ubung ke Ubud (Monkey Forest) berkisar antara 100,000Rp-120,000Rp.
Tapi kami malah menyetujui ongkos sebesar 150,000Rp yang diajukan oleh sang supir, mengapa? Ada dua hal yang mendasari keputusan kami, yaitu; pertama, kami terlalu malas berlama-lama negosiasi, dan kedua, atas dasar kemanusiaan serta besarnya harapan sang bapak tua kepada kami untuk menjadi penumpangnya.
Dan saya anggap, ini adalah kesempatan bersedekah yang tidak boleh dilewatkan begitu saja. Rugi saya nanti. Hehehe.
21.10 – Menuju Monkey Forest, Ubud
22.00 – Sampai di Penginapan Argasoka Bungalows, Ubud. Acara bebas.
Pintu masuk Argasoka Bungalows relatif kecil. Bila tidak jeli, dijamin terlewat. Ingat! Jangan sampai kelewatan kalau tidak mau betis tambah semok (baca: jalan kaki) atau memutar arah, karena Jalan Monkey Forest adalah tipe one way road system (satu arah.)
Jangan khawatir, berikut saya berikan patokan/ancar-ancarnya; bila anda sudah menemukan gerbang masuk lokasi wisata Monkey Forest—di sebelah kiri jalan—berarti anda sudah dekat, sekitar 3 menit lagi anda akan sampai di depan pintu gerbang Argasoka Bungalows. Letaknya sejajar dengan Monkey Forest, berada di sebelah kiri jalan.
Argasoka Bungalows (seberang Ubud Inn)
Monkey Forest Road (Jalan Wanara Wana)
Ubud 80571 – Bali, Indonesia
Telp. (0361) 970.912
Email: argasokabungalows@yahoo.co.id
Kamar yang tersedia:
- Standard Single
- Standard Double
- Superior Double, dan
- Family Superior
DAY 3
(Bukit Campuhan – Nusa Lembongan)
Skenario I
[Monkey Forest – Bukit Campuhan (sampai Bangkiang Sidem) – Monkey Forest]
[Tek-tok]
05.00 – Bangun pagi. Persiapan.
05.30 – Berangkat menuju Bukit Campuhan. Jalan kaki/trekking
Untuk yang baru sekali, mungkin akan kebingungan mencari lokasi Bukit Campuhan. Setidaknya keadaan inilah yang saya alami waktu itu. Saya butuh untuk melakukan survey pada malam hari sebelumnya, untuk mengetahui lokasi persis dimana Bukit Campuhan ini berada.
Namun jangan khawatir, anda tidak harus mengalaminya, karena saya akan memberikan peta berikut dengan patokan-patokannya untuk mempermudah anda berwisata ke tempat ini.
Petunjuk arah:
- Dari Jalan Monkey Forest, lurus terus sampai mentok ketemu pertigaan (dekat dengan kantor polisi sektor Ubud.)
- Belok kiri ke Jalan Campuhan, kemudian lurus terus sampai ketemu dengan Warwick Ibah Villas & Spa – posisinya berada di sebelah kanan jalan.
- Di bagian bawah batu prasasti Warwick Ibah Villas & Spa terdapat papan penunjuk arah bertuliskan “Going to the Hill.” Ikuti jalan menurun menuju Pura Gunung Lebah di ujung jalan.
- Setelah ketemu jembatan, turuni anak tangga kecil di bagian kanan jembatan tersebut. Kira-kira 50 meter dari situ anda akan sampai di Bukit Campuhan.
06.00 – Bukit Campuhan. Menikmati sunrise.
Bukit Campuhan terletak di barat laut Jalan Monkey Forest, membentang hingga ke utara—Jalan Rsi Markandya 3.
Rerumputan terhampar hijau ketika saya datang kesana, maklum musim hujan. Jaraknya yang relatif jauh dari jalan raya utama, membuat Bukit Campuhan terasa tenang. Hanya sesekali saja terdengar raungan mesin kendaraan, itupun milik warga yang tinggal dekat dengan bukit.
Turis asing asyik ajojing (baca: jogging,) sepasang muda-mudi tenang pacaran, orang-orang tua menikmati alam, dan gerombolan petualang penasaran—seperti kami—adalah beberapa hal yang lumrah anda jumpai disini.
Sedikit tips bagi anda sebelum memulai perjalanan trekking di Bukit Campuhan; bawalah jas hujan/payung bilamana tiba-tiba terjadi hujan, sunblock, topi, air mineral secukupnya, dan makanan ringan. Tapi ingat! Jangan membuang sampah sembarangan ya. Ini kan rumah kita, kalau bukan kita yang menjaga kebersihannya, siapa lagi?
08.00 – Kembali ke penginapan
08.45 – Sampai di penginapan. Sarapan.
09.15 – Selesai sarapan. Acara bebas.
12.00 – Checkout penginapan. Menuju Pantai Sanur.
Kendaraan umum sulit didapat di Ubud. Alternatif yang paling banyak tersedia adalah taksi dan sewa kendaraan pribadi/travel. Karena itu pula, selama perjalanan di Pulau Bali ini, dana kami banyak tersedot ke biaya penginapan dan biaya transportasi.
Oleh karena itu, bila anda ingin memperkecil pengeluaran pada kedua pos tersebut, bepergianlah dengan jumlah kelompok minimal 6 orang—dengan pertimbangan, kapasitas maksimal kamar penginapan dan kapasitas mobil sewaan.
Biaya sewa mobil dari Monkey Forest, Ubud ke Pantai Sanur berada di kisaran 150,000Rp-250,000Rp – tergantung dari kemampuan anda dalam melakukan tawar menawar harga.
13.00 – Lihat bagian “Lanjutan Skenario I/Skenario II”
Skenario II
[Monkey Forest – Bukit Campuhan – Karsa Cafe – Tegalalang – Monkey Forest]
[Memutar/melingkar]
07.00 – Bangun pagi. Persiapan.
07.30 – Sarapan pagi
08.00 – Menuju Bukit Campuhan
08.30 – Bukit Campuhan
10.00 – Desa Bangkiang Sidem
Sejak awal kami telah berencana untuk trekking ke Bukit Campuhan dengan rute melingkar—tidak menggunakan rute tek-tok. Karenanya, selepas ‘pintu utara’ Bukit Campuhan (Villa Lembah Giri,) dengan pede-nya kami menyusuri jalan tanah perkampungan selebar 3 meter tersebut. Tapi, kenapa semakin kedalam, semakin kami tidak menemukan jalan pulang ya? Sepertinya kami tersesat. Mentok di Karsa Café. Hahaha. #maklum so yu know… :p
Ingin melanjutkan perjalanan, kami tidak tahu tujuan. Sementara, ingin kembali kebelakang, jelas kejauhan. Daripada bingung, kami ambil satu-satunya solusi yang dianggap paling tepat waktu itu – mampir di warung. Minum Teh Totol Sastro dulu. Haus. #eaaa
Berdasarkan info dari sang ibu pemilik warung, jarak tempuhnya akan terlalu jauh bila kami teruskan berjalan kaki ke arah depan. Sedangkan, kembali via Bukit Campuhan pun jelas bukan pilihan. Beruntung, warung yang merangkap galeri lukisan bertitel Rare Angon ini memiliki jasa penyewaan kendaraan.
Akhirnya, setelah negosiasi singkat dengan Pak Wayan Mudiana—sang suami—kami sepakat menyewa mobil untuk mengantarkan kembali ke Jalan Monkey Forest, kemudian dilanjutkan ke Pantai Sanur dengan biaya sewa sebesar 250,000Rp. Hampir lupa, Pak Wayan Mudiana dapat dihubungi di nomor telpon 0878.6012.5218, bilamana sewaktu-waktu anda membutuhkan.
10.30 – Penginapan. Acara bebas.
Perlu dicatat! Timeline 30 menit ini hanya berlaku jika anda mengikuti pola kami, yaitu menyewa kendaraan setelah sampai di Desa Bangkiang Sidem.
Bila anda memutuskan ingin berjalan kaki memutar untuk kembali ke Jalan Monkey Forest, saya perkirakan, akan membutuhkan waktu sekitar 2-3 jam, tergantung dari stamina masing-masing.
12.00 – Checkout penginapan. Menuju Pantai Sanur.
13.00 – Lihat bagian “Lanjutan Skenario I/Skenario II”
= = = = = = = = = Lanjutan Skenario I/Skenario II = = = = = = = = =
13.00 – Pantai Sanur. ISHOMA.
Karena terlalu siang datang, akhirnya kami harus menunggu waktu keberangkatan speedboat berikutnya—ke Desa Jungut Batu. Waktu ini kami manfaatkan untuk makan siang dan sedikit menjelajah Pantai Sanur.
Museum Le Mayeur yang berada di tepi Pantai Sanur bisa jadi objek menarik selama prosesi menunggu. Didalamnya terdapat 88 lukisan bergaya impressionis karya seorang pelukis asal Belgia bernama Andrien Jean Le Mayeur de Merpres.
Kecuali Hari Libur Nasional (tutup,) Museum Le Mayeur buka setiap hari Senin-Minggu pada pukul 08.00-15.00 WITA, kecuali pada hari Jum’at, buka pukul 08.00-12.30 WITA. Harga tiketnya pun relatif terjangkau, untuk dewasa 5,000Rp – anak-anak 2,500Rp – dan turis asing 10,000Rp.
Selain museum tersebut, tak ada lagi tempat yang menarik di sekitar Pantai Sanur – menurut saya. Kondisinya seperti Pantai Ancol di Jakarta. Terlalu ramai pengunjung dan pedagang. Tidak bisa dinikmati. Tapi bukan berarti anda juga tidak bisa menikmatinya kan? Beda orang, beda selera. Karenanya, masalah ini saya serahkan ke masing-masing anda. 😀
16.00 – Menuju Nusa Lembongan
Nusa Lembongan memiliki 2 pintu masuk utama, yaitu Pantai Jungut Batu (Desa Jungut Batu) dan Mushroom Bay (Desa Lembongan.) Karena jarak keduanya lumayan jauh, pastikan tujuan speedboat anda sesuai dengan lokasi penginapan yang telah di booking sebelumnya.
Berdasarkan pengalaman, pihak penginapan (Tarci Bungalows – berlokasi di Desa Jungut Batu) tidak mau mengantar-jemput, bila kami masuk/datang dari Mushroom Bay di Desa Lembongan, karena jaraknya yang terlalu jauh.
Untuk rute Pantai Sanur – Nusa Lembongan, ada beberapa jasa operator penyeberangan yang bisa kita gunakan, diantaranya:
OPTASAL OFFICE
(0361-918.9900)
Tujuan Sanur-Lembongan (Slowboat – 1.5 jam)
Dari Sanur: 08.00 (60,000Rp), 10.30 (80,000Rp)
Dari Lembongan: 08.00
Tujuan Sanur-Jungut Batu (Speedboat – 30 menit) – @175,000Rp
Dari Sanur: 09.00, 12.30, dan 16.00
Dari Jungut Batu: 08.00, 10.30, dan 15.00
Tujuan Sanur-Mushroom Bay (Speedboat-30 menit) – @175,000Rp
Dari Sanur: 08.00, 08.30, 09.30, 10.30, 11.30, 13.30, 14.30, 15.30, 16.30, dan 17.00
Dari Mushroom Bay: 07.00, 08.00, 09.00, 09.30, 12.00, 13.00, 14.30, 15.30, dan 16.00
LEMBONGAN SUGRIWA EXPRESS
Sanur Office
Jl. Hangtuah, depan area parkir Bali Beach,
Pantai Sanur, Kelompok 1 Sanur
0361-281.078 dan 0813.3719.7844
Lembongan Office
Desa Jungut Batu, Gang Pacar, (sebelah Drift Divers)
0813.3717.4703 dan 0813.3719.7833
Tujuan Sanur-Jungut Batu (Speedboat 30 menit) – @75,000Rp-100,000Rp (turis domestik)
Dari Sanur: 09.30, 01.30, dan 05.00
Dari Lembongan: 08.30, 11.30, dan 04.00
P.S. Lembongan Sugriwa Express juga menyediakan tiket pergi-pulang dan charter pribadi.
16.30 – Nusa Lembongan
16.35 – Menuju penginapan Tarci Bungalows (Desa Jungut Batu.)
Jarak antara penginapan Tarci Bungalows dengan kantor Lembongan Sugriwa Express lumayan jauh. Dengan berjalan kaki bisa menghabiskan waktu sekitar 20 menit. Sementara bila anda mendapatkan fasilitas antar-jemput dari penginapan, waktu tempuhnya akan berkurang menjadi hanya 5 menit saja.
Jadi, sebelum mem-booking, tanyakan kepada pihak penginapan, apakah anda mendapatkan fasilitas antar-jemput atau tidak. Hal ini memang terlihat sepele, tapi dapat menghemat pengeluaran yang cukup lumayan. Dibandingkan bila harus menyewa jasa ojek.
16.45 – Penginapan Tarci Bungalows. Acara bebas.
Perlu diketahui, harga makanan di restoran penginapan umumnya menerapkan standar harga bule alias mahal. Percayalah, karena kami mengalaminya sendiri—huhuhu. Untungnya di Desa Jungut Batu kami menemukan rumah makan/restoran enak dengan harga murah meriah – Warung Made.
Dari Penginapan Tarci Bungalows, letak Warung Made lumayan jauh, sekitar 15 menit berjalan kaki. Tapi tenang saja, keselamatan isi kantong anda terjamin kok. Ditambah ramahnya pengelola rumah makan, saya bisa bilang Warung Made “Recommended Seller” Gan. Hehe.
TARCI BUNGALOWS
Jungut Batu – Nusa Lembongan
Telp: 0812.3906.300 (pukul 08.00 – 22.00)
Email: info@tarcibungalows.com
2 buah Deluxe Room (@500,000Rp)
Fasilitas: Ocean view, sebelah Agus Shipwreck Bar & Restaurant, air panas, bathtub, TV satelit, Wifi
5 buah Standard Room (@250,000Rp)
Fasilitas: 1 single bed + 1 double bed, disebelah taman bagian belakang, AC, Kamar mandi privat, shower
DAY 4
(Nusa Lembongan – Nusa Ceningan)
Note:
Karena catatan perjalanan di Nusa Lembongan—untuk hari keempat dan kelima—telah saya ceritakan dengan detail di artikel “2 Hari di Nusa Lembongan,” sepertinya tidak usah di ceritakan lagi ya… karena apa? Yaaa, capek ajah. Hahaha…
06.00 – Bangun pagi. Persiapan.
07.00 – Snorkeling pertama di Mangrove Point
09.00 – Selesai. Menuju Gamat Wall.
09.10 – Snorkeling kedua di Gamat Wall
11.00 – Selesai. Kembali ke penginapan.
12.00 – Makan siang
13.00 – Menuju Nusa Ceningan
13.30 – Ceningan Jumping Cliff. Acara bebas.
16.00 – Menuju Hutan Mangrove, Nusa Lembongan
17.00 – Hutan Mangrove Nusa Lembongan. Explore.
18.30 – Kembali ke penginapan
18.45 – Penginapan. Acara bebas.
19.30 – Makan malam di Warung Made
21.00 – Kembali ke penginapan. Acara bebas.
DAY 5
(Pantai Sanur – Kembali ke Jakarta)
05.00 – Bangun pagi. Hunting sunrise.
Sunrise, atau matahari terbit adalah standar incar para penikmat fotografi. Sayangnya, Pantai Jungut Batu terletak di sebelah barat Nusa Lembongan, sehingga wujud sang mentari tak dapat kita nikmati secara langsung. Namun jangan khawatir, suguhan scenery yang terbentang di sekitar pantai masih sangat menarik untuk diabadikan.
Larik cahaya matahari pagi yang menerpa bagian utara dan selatan Nusa Lembongan menciptakan pemandangan yang memanjakan mata, juga kamera. Berkunjung pada musim kering tentu meningkatkan kesempatan memperoleh komposisi yang diharapkan. Tapi, musim hujan pun terkadang menawarkan komposisi foto yang di luar dugaan kita sebelumnya.
07.00 – Sarapan
07.30 – Persiapan pulang
08.00 – Menuju Pantai Jungut Batu
08.10 – Pantai Jungut Batu. Menunggu jam keberangkatan Lembongan Sugriwa Express.
08.30 – Menuju Pantai Sanur
09.00 – Pantai Sanur
09.15 – Menuju Bandara Ngurah Rai, Denpasar
Dari Pantai Sanur, membutuhkan waktu sekitar 40 menit berkendara – untuk mencapai Bandara Ngurah Rai, Denpasar.
Dekat dengan area parkir Pantai Sanur, terdapat beberapa operator shuttle bus yang melayani tujuan Pantai Sanur-Bandara Ngurah Rai, namun karena jam keberangkatannya telah terpola, akan sangat merepotkan bila kita sedang mengejar waku—jadwal keberangkatan pesawat. Karenanya, sebagai alternatif kedua kita bisa menyewa mobil/travel.
Biaya sewa kendaraan ini masih standar kok, di kisaran 200,000Rp-250,000Rp, tergantung dari skill negosiasi anda.
10.00 – Bandara Ngurah Rai, Denpasar
12.00 – Pesawat berangkat menuju Jakarta
13.00 – Bandara Soekarno-Hatta
13.15 – Pulang ke tujuan masing-masing
Ada beberapa alternatif kendaraan umum untuk pulang dari Bandara Soekarno-Hatta ke tujuan masing-masing, seperti; Bus Damri, taksi, dan ojek. Untuk detail tarif-nya, adalah sebagai berikut:
Tarif Bus Damri dari Bandara Soekarno-Hatta ke… (vice versa)
Bekasi = 30,000Rp
Blok M = 25,000Rp
Bogor = 40,000Rp
Cikarang = 35,000Rp
Gambir = 25,000Rp
Harapan Indah = 30,000Rp
Kampung Rambutan = 25,000Rp
Kemayoran = 25,000Rp
Lebak Bulus = 25,000Rp
Merak ( Serang ) = 40,000Rp
Mangga Dua = 25,000Rp
Pasar Minggu = 25,000Rp
Purwakarta = 50,000Rp
Purwakarta Via Grand Wisata = 50,000Rp
Rawamangun = 25,000Rp
Tanjung Priok = 25,000Rp
Lalu bagaimana kalau anda terlalu malam sampai di Jakarta (Bandara Soekarno Hatta) dan tak ada satupun Bus Damri yang tersisa?
Karena pengalaman saya menggunakan taksi hanya untuk tujuan Bandara Soekarno Hatta – Terminal Blok M, maka saya hanya bisa memberikan kisaran untuk rute itu saja, yaitu antara 100,000Rp-130,000Rp
Sedangkan untuk ojek, anda bisa mencoba menghubungi Pak Muhroji di nomor telepon 0818.6989.46 atau 021 – 4130.6848. Ongkos yang diminta Pak Muhroji kepada saya kala itu (dini hari) adalah 50,000Rp untuk sampai pada tujuan saya – yang lumayan jauh. Dan saya memberikan adalah 100,000Rp kepada Pak Muhroji dengan niatan beramal.
Mohon maaf, saya tidak ada maksud sombong sama sekali. Disini saya hanya ingin mengajak teman-teman sekalian, yuk kita berlomba-lomba dalam beramal, seperti yang saya lakukan di atas. Kalau saya mampu, saya yakin, teman-teman sekalian pasti jauh lebih mampu.
Pertimbangan lainnya adalah, saat tulisan ini diturunkan, Pak Muhroji masih menjabat sebagai Ketua Paguyuban Al-Ikhlas yang memberi pengayoman bagi anak yatim dan orang tua jompo. Paguyuban ini beralamat di Jalan Adi Sucipto No. 11 RT 03/04 Kelurahan Pajang, Kecamatan Benda, Kota Tangerang. Telp: 021 – 4130.6848, 0818698946, 0812.9145.782
Jadi, tidak ada salahnya bersedekah kan? 🙂
Note (lagi):
Ongkos yang diminta oleh Pak Muhroji bisa jadi berbeda-beda, tergantung dari jauhnya jarak yang harus ditempuh. Untuk itu, ada baiknya anda melakukan negosiasi ongkos sebelum menggunakan jasa beliau.
Demikian kira-kira rencana perjalanan (itinerary) Surabaya-Madura-Bali selama 5 hari 5 malam ini. Semoga bisa membantu anda dalam merencanakan perjalanan ke tujuan-tujuan tersebut. Bila ada pertanyaan, jangan sungkan-sungkan ajukan.
Last but not least, thanks to Ika Dori, who makes this trip happened. Salam jalan-jalan. [BEM]
ini itinerary apa cerita komedi? 😀 *ckikikan dari awal*
Sebenernya itinerary ini bikin iri. Aku belasan kali ke Surabaya belum pernah sekalipun ke HOS apalagi naik Surabaya Heritage track-nya 😦
5 hari 5 malam bs kluyuran di 3 pulau? boleh nih
hihihi… ini iticomery Di :p
nah, setelah baca artikel ini, harusnya besok2 wajib naik Bus Surabaya Heritage Track dong ya. kalo perlu, nginep… nginep deh. pokoknya gimana caranya harus naik! titik! #ehhh :p
iya, kamu harus coba tuh Di. apalagi domisili mu juga ga jauh2 kan dari situ? #bener ga ya? hee…
Iyaaa, Surabaya “cuma” 3 jam perjalanan dari rumahku 😀
Eh kira2 klojalan kaki dari pasar turi sampe HOS itu kejauhan pake banget ya mas Bembi? *soalnya br kmrn ngeh klotugu pahlawan dan pasar turi deket banget*
“cuma” 3 jam ya. itu sih “cumi” jadinya :p
jauh atau enggak, itu kembali ke mental kamu Nduk. sanggup gak menghadapi kerasnya cuaca surabaya yang panasnya naudzubillah itu. :p
nah, kalo jawaban pastinya… jalan kaki dari Pasar Turi ke Museum House of Sampoerna… alhamdulillah banget… jauuhhh!!! hahaha
kadosipun kulo sanggup mbah :p *hayyoohh,ngerti ga aku td ngomong apa?*
Tapi klo dirimu bilang jauh,brarti jauhnya pake bangeeeeeeeettttt. Kayaknya musti naik ini – itu aja, biar ttp bs sampe HOS dengan cantik #halah
kulo ngartos lho mbakyu :p
haha, pokoknya sedih deh jaraknya kalo jalan kaki. oh, bener tuh, naik ini belok di anu turun di ani. biar masih cakep pas sampe sana. wkwkwk