image copyright by their respective

Java Island - Jogjakarta

Meskipun lahir dan besar di Jogja, serta keluarga juga masih tinggal di sana, tiap kali pulang rasanya semangat untuk menjelajah setiap sudut Jogja selalu membara. Maklum sudah lebih dari 10 tahun tidak tinggal di sana. Pun dulu ketika meninggalkan Jogja pertama kali usiaku masih sangat muda, dan waktu itu masih seorang anak rumahan yang belum punya keberanian untuk melangkahkan kaki di luar zona yang mahfum diakrabi. Maka merasa malu lah aku ketika begitu banyak orang bertanya mengenai Jogja, apalagi ketika mereka menyebut nama-nama tempat yang terdengar asing di telinga. Berawal dari rasa malu inilah kemudian timbul niat untuk menjalankan misi mengenal Jogja.

Dan tercengang-cenganglah aku ketika tahu begitu banyak tempat menarik bertebaran di Jogja. Bahkan sampai saat ini pun misi tersebut belum selesai.  Tidak, tidak semuanya bisa diceritakan sekarang. Jadi tulisan ini akan aku buat berseri, dan semoga teman-teman semua bisa menjadi pembaca setia.

Selain tempat wisata, hal yang sering ditanyakan adalah bagaimana caranya supaya bisa sampai Jogja. Ini pertanyaan yang termasuk gampang, dan karenanya akan jadi hal pertama yang aku bahas. Jawabannya, banyak sekali cara mencapai Jogja, dan semuanya tergantung dana serta pilihan masing-masing.

images copyright by their respective

Pesawat

 

Cara paling elit ke Jogja tentu dengan naik pesawat. Berapa lama perjalanan udara ke Jogja? Kalau Jakarta dijadikan tempat beranjak, maka hanya diperlukan sekitar 40 menit di udara dan teman-teman sudah bisa menginjakkan kaki di Jogja. Harga perjalanan udara ke Jogja pun sekarang sudah sangat terjangkau. Kalau teman-teman berniat menginap di pusat kota, saat ini dari bandara Adi Sutjipto ke pusat kota juga sudah dihubungkan oleh jalur TransJogja.

Bus yang nyaman dengan ongkos yang relative murah.  Atau kalau teman-teman malas menginap di tengah kota, di seputaran bandara juga banyak pilihan tempat menginap. Bila teman-teman menghendaki kenyamanan dan kecepatan, menjatuhkan pilihan transportasi dengan menumpang pesawat sangat layak dipertimbangkan.

images copyright by their respective

Kereta

Pilihan lain adalah jalur darat, bisa dengan bus, travel, atau kereta. Kalau disuruh mengurutkan, maka pilihan pertama jatuh pada kereta, kemudian bus, dan yang terakhir travel. Sebenarnya naik travel cukup nyaman. Teman-teman bisa dijemput ke rumah dan diantarkan sampai tujuan. Istilahnya kerennya door to door. Tapi, karena dijemput dan diantar itu pulalah, teman-teman harus sabar menanti giliran dijemput dan ikut menjemput penumpang lain, dan kemudian ikut mengantar semua penumpang atau menanti giliran diantar. Menjadi orang pertama yang dijemput, otomatis harus pula ikut berputar-putar menjemput penumpang lain, “malapetaka” ini bertambah sempurna manakala, tanpa disadari, teman-teman ternyata menjadi penghuni terakhir travel tersebut. Namun hal ini bisa jadi menyenangkan, bila teman-teman mau sedikit berpikir positif seraya mengucap mantra, “kapan lagi gw bisa muter-muter kota gw gratisan begini?”, hehe. Harga perjalanan dengan travel juga terbilang lebih mahal ketimbang bus umum atau kereta api yang standar. O, ya, bila kebetulan “harta gono-gini” alias barang-barang yang kita bawa cukup banyak, menggunakan jasa travel adalah pilihan terbaik dibandingkan alat-alat transportasi lain.

images copyright by their respective

Bus

 

Bus umum menuju Jogja cukup banyak, dan sekali lagi, bila Jakarta dijadikan titik awal perjalanan, maka teman-teman bisa menumpang bus dari terminal Lebak Bulus, Kampung Rambutan, atau Rawamangun, sesuai lokasi terdekat dengan tempat tinggal.

Pilihan bus-nya sendiri pun beragam, mau yang termurah non-AC plus WC, AC non-WC, atau dengan AC plus WC?, semua tersedia. Harganya tentu juga berbeda, sesuai jenis bus yang dipilih. Perjalanan dengan bus menurutku cukup nyaman. Tapi kalau sopir bis yang kebetulan teman-teman tumpangi ternyata mantan pembalap dan tak segan-segan menggunakan keahliannya, maka perlengkapilah diri teman-teman sekalian dengan jantung cadangan, plus contekan doa-doa pendek, hehe.

Pilihan transportasi terakhir adalah kereta. Menurutku kereta adalah pilihan yang paling oke. Mau kelas ekonomi, bisnis, atau eksekutif, semuanya punya keasikan tersendiri. Kalau kita pergi beramai-ramai, kelas ekonomi bisa jadi pilihan yang menyenangkan. Karena, selain duduk berhimpitan di kursi sambil mengobrol, bercanda, dan kepanasan berjama’ah, kita pun dimanjakan dengan swalayan “one stop shopping” alias pedagang kaki lima yang menawarkan jajanan, mulai dari barang-barang yang aneh, yang mungkin teman-teman tidak akan temukan di “kehidupan nyata”, sampai ke makanan berat yang bisa digunakan untuk membujuk cacing dalam perut hingga tiba ditujuan.

Wuiih, seru!!! Dengan kereta kelas bisnis keasikan pergi beramai-ramai juga masih bisa dirasakan, meskipun menurutku kadarnya akan berkurang. Tapi kelas bisnis tentunya lebih nyaman dan akan mengantarkan teman-teman lebih cepat sampai di tujuan. Lalu, bagaimana kalau hanya pergi berdua?,  atau teman-teman punya budget lebih dan tidak ingin sengsara?. Tentu kelas eksekutif jadi alternatif terbaik. Kelebihan lain kereta adalah, stasiun kereta yang berada di pusat kota Jogjakarta.

Ada satu hal lagi yang membuat aku lebih suka ke Jogja menggunakan kereta, apalagi bila pemberhentian terakhir adalah stasiun Tugu. Entah mengapa suasana Jogja langsung terasa. Mungkin karena stasiun Tugu itu sendiri memberikan nuansa khas Jogja. Mungkin karena di depan stasiun Tugu ada penjual soto favoritku. Atau mungkin karena begitu keluar dari stasiun, teman-teman langsung bisa melangkahkan kaki di jalanan Malioboro yang legendaris itu… Ah, jadi kangen pulang!. (FIN)