Wisata kali ini cukup mengambil tempat didalam kota saja. Ya, kota Jakarta. Selain murah, juga sangat singkat dari segi waktu. Adalah Goethe Science Film Festival, sebuah festival film ilmiah yang baru pertama kali dihelat di Indonesia ini telah diputar di beberapa tempat di Jakarta sejak beberapa waktu yang lalu, seperti di Goethe-Institut Jakarta, Blitz Megaplex (Pacific Place), Universitas Paramadina, dan PPIPTEK (TMII).

“Tujuan pemutaran film ilmiah ini adalah untuk memperkenalkan dunia ilmiah kepada anak-anak dan kaum muda sedini mungkin. Bahwa dunia ilmiah itu bukanlah sesuatu yang sulit, namun ringan dan menyenangkan. Dan pada saat yang bersamaan pula, dapat menghibur serta memberikan inspirasi kepada generasi muda”, begitulah kira-kira kata sambutan dari F.X. Augustin, Direktur Goethe-Institut Indonesia.

Kali ini, saya berkesempatan untuk menyaksikan festival film sains ini di Goethe-Institut, Jl. Sam Ratulangi 9-15, Menteng. Acara yang dilaksanakan dari tanggal 16 November 2010 ini, sekiranya akan berakhir pada tanggal 30 November 2010.

Ruang teater yang tidak terlalu besar menjadi lebih semarak dengan kehadiran adik-adik pelajar SDN 5 Pagi, Bintaro. Antusiasme jelas tergambar diwajah mereka, apalagi pada bagian kuis yang dilaksanakan disetiap akhir pemutaran film.

Tidak ada keraguan dan perasaan malu-malu pada saat kakak-kakak MC melemparkan pertanyaan kepada mereka. “Sayaaa!!!”, sahut mereka beramai-ramai, seraya mengangkat tangan tinggi-tinggi supaya terlihat dan ditunjuk untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan. Sungguh, benar ataupun salah jawaban mereka, saya salut atas keberanian mereka mengangkat tangan demi menjawab pertanyaan diantara puluhan audience lain.

Pemutaran film hari ini (November 28, 2010) terbagi menjadi 2 sesi. Sesi pertama dimulai pukul 10.00 pagi hingga pukul 11.30, dan sesi kedua dilanjutkan pada pukul 12.30 hingga pukul 14.00.

Type film yang diputar pada sesi pertama cukup berkesesuaian dengan audience yang mayoritas pelajar sekolah dasar, seperti; “The Whizz Reporters Calculate Their Carbon Footprint” yang menceritakan tentang fungsi karbon bagi keberlangsungan hidup manusia, “I Got It! – Komodo” yang bercerita tentang binatang bernama Komodo, dan “Mouse TV – Roller Coaster” yang menceritakan tentang segala sesuatu yang terjadi pada tubuh manusia pada saat menaiki wahana Roller Coaster tersebut.

Namun amat disayangkan pada sesi kedua pemutaran film sains ini, terasa tidak relevan dengan audience yang mayoritas anak-anak tersebut. “Who Owns the Sea?”, begitulah titel film tersebut. Dari judulnya, jelas audience akan berasumsi tentang kehidupan bawah laut yang kaya dengan keanekaragaman hayati baik binatang-binatang laut, tumbuh-tumbuhan, dan juga lingkungan di bawah laut sana, apalagi setelah melihat model film-film yang diputar pada sesi pertama tadi, yang memang jelas-jelas diperuntukkan bagi anak-anak.

Akan tetapi, setelah beberapa waktu berjalan, ternyata, isi film disesi kedua ini bisa dibilang sangat berat bila target audience yang diharapkan oleh pihak penyelenggara adalah anak-anak.

Hampir seluruhnya menceritakan tentang perusahaan pertambangan minyak dan gas bumi bernama Total yang berdomisili di Perancis. Mulai dari awal pencarian sumber-sumber mineral hingga kendala yang dihadapi perusahaan tersebut. Bahkan, terkesan seperti black campaigne menurut saya.

Mungkinkah perusahaan tersebut yang memberikan suntikan dana demi keberlangsungan acara ini sehingga bisa dilaksanakan tanpa dikenakan biaya sepeser pun kepada para pengunjungnya, alias gratis?. Hummm, sepertinya sangat mungkin.

Acara yang dihadiri oleh beberapa ekspatriat perwakilan dari kementrian luar negeri Jerman ini terbilang cukup sukses walaupun masih terlihat kekurangannya disana-sini. Namun, itikad baik pihak penyelenggara sudah selayaknya diberikan apresiasi. Semoga acara-acara seperti ini akan terus dipertahankan hingga masa mendatang. [BEM]